Khutulun, Jawara Cantik Kekaisaran Mongol yang Menampik Banyak Pria

By Tri Wahyu Prasetyo, Jumat, 16 Februari 2024 | 07:00 WIB
Khutulun telah berlatih gulat dan menunggang kuda sejak kecil. Ketika tumbuh dewasa, ia nyaris tak terkalahkan dalam setiap pertarungan. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Kaidu meninggal pada tahun 1301 dan beberapa orang mengatakan bahwa ia ingin Khutulun menggantikannya setelah kematiannya. Tetapi, hal ini bertentangan dengan tradisi Mongol yang lebih memihak garis keturunan laki-laki dalam suksesi kekuasaan.

Khutulun diperkirakan meninggal sekitar tahun 1306, hanya beberapa tahun setelah kematian ayahnya. 

Menariknya, karakter Turandot (yang dipopulerkan oleh komposer Italia, Giacomo Puccini, dalam opera dengan judul yang sama) diperkirakan terinspirasi oleh sosok Khutulun.

Dalam opera "Turandot", karakter utama adalah seorang putri Tiongkok bernama Turandot yang menantang para pangeran untuk menjawab teka-teki yang sulit. Bagian ini, dalam versi asli cerita, telah disebut-sebut terinspirasi oleh kisah Khutulun yang menantang para pria untuk bertarung dan memenangkan taruhan dengan taruhannya yang terkenal.

Tak hanya Giacomo Puccini, kehidupan dan prestasi Khutulun juga telah menginspirasi berbagai seniman lainya, baik lukis, sastra, musik, maupun film.