Nationalgeographic.co.id—Pada usia sembilan tahun tiga bulan, Edward VI dinobatkan sebagai Raja Inggris dalam sejarah Abad Pertengahan. Edward adalah raja termuda yang naik takhta Inggris pada saat penobatannya.
Dia meninggal pada usia lima belas tahun dan sebagian besar dikenang sebagai raja yang lemah dan sakit-sakitan.
Edward VI adalah anak yang dimanja dan menjadi pewaris laki-laki yang telah lama ditunggu-tunggu oleh ayahnya, Henry VIII. Ayahnya menyebutnya sebagai “permata paling berharga di dunia ini.”
Karena masa mudanya dan pandangan politik ayahnya yang kuat dan tak tergoyahkan, Edward VI menjadi versi filosofi sang ayah.
Hal ini disengaja oleh Henry, dan segala sesuatu tentang Edward di masa kecilnya—mulai dari studinya, dekorasi di tempat tinggal hingga pakaian yang dikenakan Edward—adalah salinan milik ayahnya.
Dia mempraktikkan olahraga yang sama dengan yang diketahui oleh Henry VIII dan diberi pendidikan yang kuat dalam Protestantisme evangelis.
Semua ini terjadi sehingga sebagai raja, Edward memiliki semangat dan pengabdian yang begitu besar terhadap tujuan Protestan sehingga ia bekerja tanpa kenal lelah untuk memajukan keberhasilan Gereja Inggris.
Dia menerbitkan The Common Book of Prayer dan mengeluarkan larangan terhadap beberapa prinsip tradisional Katolik.
Ibunya Meninggal Saat Edward VI Berusia Dua Minggu
Dalam catatan sejarah Abad Pertengahan, Ibu Edward, Jane Seymour yang juga istri ketiga Henry VIII, meninggal hanya dua belas hari setelah kelahiran putranya.
Awalnya, dia tampak pulih dengan baik dan menghabiskan malam itu mengikuti surat pengumuman penandatanganan kelahiran putranya.
Namun, tiba-tiba saja kondisinya menjadi pucat dan lemah. Kondisinya terus memburuk hingga kematiannya pada dini hari tanggal 24 Oktober 1537.