Brennus dari Senones, Musuh Kekaisaran Romawi yang Tak Terlupakan

By Utomo Priyambodo, Selasa, 27 Februari 2024 | 09:00 WIB
Kekaisaran Romawi memiliki banyak musuh. Salah satu yang terkuat adalah Brennus dari Senones, penjarah Kota Roma. (Mary Harrsch/Flickr/Courtesy of Wikimedia Commons contributor Med)

Plutarch mengklaim bahwa mereka sedang mencari tanah dan, melihat ada banyak tanah di sekitar kota yang tampaknya tidak diklaim, bertanya kepada penduduk Clusian apakah mereka bisa mendapatkan hak untuk bertani dan tinggal di sana. Keluarga Clusian tidak mau berbagi dan meminta keluarga Senones untuk melanjutkan hidup. Suku Senones kemudian mengepung kota tersebut, dan suku Clusian meminta bantuan Roma.

Penjarahan Roma

Sebagian besar kisah Brennus dan penjarahan Roma yang terkenal diketahui dari karya sejarawan seperti Plutarch, Livy, dan lainnya yang hidup jauh setelah zaman Brennus. Mereka mungkin telah mengumpulkan fakta dari beberapa karya sebelumnya.

Tidak ada konsensus di kalangan sejarawan mengenai alasan Brennus melintasi Pegunungan Alpen dan menetap di pantai timur Italia. Hal ini mungkin disebabkan oleh kelebihan populasi di Gaul dan kelangkaan sumber daya di sana.

Brennus dan anak buahnya awalnya sibuk dalam pengepungan Clusium, sebuah kota di utara Roma, ketika beberapa orang Romawi ikut campur dalam urusan mereka. Percikan api berkobar dengan cepat dan Brennus segera bergerak melawan Roma. Dia dan anak buahnya melakukan perjalanan menuju kota kekaisaran dan bertemu tentara Romawi di dekat Sungai Allia.

Pertempuran berikutnya menyebabkan tentara Romawi dikalahkan oleh Galia (c. 390 SM). Brennus segera mengepung Capitoline Hill, setelah menjarah kota tersebut.

Brennus meminta seribu pound emas kepada Kekaisaran Romawi ketika dipanggil untuk negosiasi guna mengakhiri pengepungan. Selama pengukuran yang sama, legenda mengatakan bahwa dia terkenal mengatakan 'Vae Victis' yang berarti 'Celakalah bagi yang kalah,' ungkapan yang bertahan dalam pasir waktu sejak saat itu. Padahal hal itu mungkin tidak diucapkan sama sekali oleh Brennus.

Panglima Gaul itu akhirnya dikalahkan dan mungkin dibunuh oleh pasukan yang dipimpin oleh Marcus Furius Camillus, yang kini dipuji sebagai pendiri kedua Roma kuno setelah Romulus yang legendaris. Nama Brennus bertahan dari generasi ke generasi dan selanjutnya diucapkan dengan rasa kagum dan takut.