Di Mana Shambala, Negeri Misterius yang Disebut Berbagai Kitab Suci?

By Utomo Priyambodo, Jumat, 1 Maret 2024 | 11:00 WIB
Ilustrasi Shambhala, negeri misterius yang disebut oleh banyak teks kuno dan kitab suci. (Generated by AI technology/ EwaStudio / Adobe Stock)

Konsep Shambhala memainkan peran penting dalam ajaran agama Tibet dan memiliki relevansi khusus dalam mitologi Tibet tentang masa depan. Kalacakra meramalkan kemerosotan bertahap umat manusia seiring dengan menyebarnya ideologi materialisme ke seluruh bumi.

Ketika “orang barbar” yang menganut ideologi ini bersatu di bawah raja jahat dan berpikir tidak ada lagi yang bisa ditaklukkan, kabut akan terangkat dan menyingkap pegunungan bersalju di Shambhala.

Orang-orang barbar akan menyerang Shambhala dengan pasukan besar yang dilengkapi senjata mengerikan. Kemudian raja Shambhala akan muncul dari Shambhala dengan pasukan besar untuk menaklukkan apa yang disebut “kekuatan gelap” dan mengantarkan Zaman Keemasan sedunia.

Meskipun Kalacakra meramalkan perang di masa depan, hal ini tampaknya bertentangan dengan sumpah ajaran Buddha yang melarang kekerasan. Hal ini menyebabkan beberapa teolog menafsirkan perang tersebut secara simbolis – Kalacakra tidak menganjurkan kekerasan terhadap manusia, melainkan merujuk pada pertempuran batin dari para penganut agama melawan kecenderungan-kecenderungan setan di dalam diri mereka.

Lokasi Tersembunyi Shambhala

Kisah legendaris Shambhala telah menarik perhatian sejumlah orang barat yang aneh, yang menggabungkannya dengan mitos dan kepercayaan asing untuk menciptakan campuran ide yang sering kali tertukar dengan aslinya. Selama berabad-abad, banyak penjelajah dan pencari kebijaksanaan spiritual telah memulai pencarian untuk mencari surga mitos Shambhala.

Di kalangan Nazi Jerman, misalnya, beberapa pejabat tinggi dikenang karena kepercayaan mereka pada ilmu gaib yang membuat mereka mengirim ekspedisi resmi ke Tibet. Study Buddhism melaporkan bahwa beberapa penelitian pascaperang mengenai Nazisme membuat klaim yang meragukan bahwa ekspedisi ini konon dikirim untuk menemukan “nenek moyang Arya di Shambhala dan Agharti, kota bawah tanah yang tersembunyi di bawah pegunungan Himalaya.”

Meskipun banyak yang melaporkan keberadaan Shambala di sana, belum ada yang memberikan bukti keberadaannya atau dapat menunjukkan dengan tepat lokasi fisiknya di peta. Namun sebagian besar referensi menempatkan Shambhala di daerah pegunungan Eurasia.

Teks kuno Zhang Zhung mengidentifikasi Shambhala dengan Lembah Sutlej di Punjab atau Himachal Pradesh, India. Orang Mongolia mengidentifikasi Shambhala dengan lembah tertentu di Siberia selatan. Dalam cerita rakyat Altai, Gunung Belukha diyakini sebagai pintu gerbang menuju Shambhala.

Sementara itu, para sarjana Budha modern tampaknya menyimpulkan bahwa Shambhala terletak di dataran tinggi Himalaya di tempat yang sekarang disebut Pegunungan Dhauladhar di sekitar Mcleodganj. Beberapa legenda mengatakan bahwa pintu masuk ke Shambhala tersembunyi di dalam sebuah biara terpencil yang ditinggalkan di Tibet, dan dijaga oleh makhluk yang dikenal sebagai Penjaga Shambhala.

Bagi sebagian orang, fakta bahwa Shambhala tidak pernah ditemukan memiliki penjelasan yang sangat sederhana. Banyak yang percaya bahwa Shambhala terletak di ujung realitas fisik, sebagai jembatan yang menghubungkan dunia ini dengan dunia di luarnya. Meskipun banyak yang mengabaikan Shambhala sebagai subjek mitos dan legenda yang khayalan, bagi yang lain, kepercayaan pada Shambhala membangkitkan kerinduan batin untuk suatu hari menemukan kerajaan utopis ini.