Istana Yungbulakang di Tibet, Kuil Udara Avatar Versi Dunia Nyata

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 29 Februari 2024 | 08:00 WIB
Istana Yungbulakang berada di ketinggian Dataran Tinggi Tibet, sebagai tempat istana para raja Tibet. Bangunan berasiktetur indah di Lembah Yarling ini menginspirasi Kuil Udara Selatan, Utara, dan Timur dalam serial kartun 'Avatar the Legend of Aang'. (IMs Bildarkiv/Erik Törner/Flickr)

Nationalgeographic.co.id—Michael Dante DiMartino dan Bryan Konietzko menciptakan dunia bernuansa berbagai kebudayaan Asia dalam kartun serial Avatar the Last Airbender (Avatar the Legend of Aang).

Berbagai kebudayaan di dunia fiksi ini terinspirasi dari kebudayaan yang ada di Asia Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik.

Salah satunya yang paling signifikan adalah Kuil Udara yang tersebar di empat penjuru dunia. Dalam karya yang diproduksi oleh Nickelodeon ini, Kuil Udara adalah tempat tinggal para Pengembara Udara yang memiliki kemampuan mengendalikan udara.

Kuil Udara Selatan adalah yang pertama kali ditayangkan ke penonton, sebagai tempat asal Aang sang Avatar.

Semua Kuil Udara memiliki kemiripan dari segi arsitektur. Bangunan mereka berada di tempat ketinggian yang jauh dari keramaian. Semua kuil, kecuali Kuil Udara Barat, tinggi menjulang dari sebuah bukit. Semua atapnya menyerupai bangunan khas Asia Timur.

Di dunia nyata, terdapat bangunan serupa dengan Kuil Udara Selatan, Utara, dan Timur. Bangunan tersebut adalah Istana Yungbulakang di Tibet, Tiongkok. Secara harfiah, Yungbulakang berarti "istana ibu-anak" dalam bahasa Tibet.

Sejarah Istana Yungbulakang masih melekat dengan nuansa mitos yang dipercaya oleh masyarakat. Bangunan ini diperkirakan dibangun sekitar antara abad ketujuh atau kedelapan Masehi.

Lokasinya berada di Distrik Nedong, tepatnya terletak di salah satu sisi Lembah Yarling. Di dekatnya terdapat salah satu sumber aliran Sungai Yarlung Zangbo, mengalir dari arah selatan.

Konon, menurut tradisi masyarakat Tibet, Istana Yungbulakang dibangun untuk Nyatri Tsenpo, raja pertama Tibet yang diklaim turun dari langit bersama neneknya ke gunung suci Yarlha Shampo.

Masyarakat meyakini, Nyatri Tsenpo berkuasa sejak 127 SM, namun tidak diketahui kapan pastinya kekuasaannya berakhir.

Pasalnya, raja ini diyakini adalah entitas yang tidak dapat mati, kemudian pergi lagi ke langit oleh seutas tali yang sebelumnya membuatnya turun ke bumi. Kenaikan takhtanya menjadi perayaan tahun pertama kalender Tibet, Losar.

Disebutkan dalam salah satu legenda bahwa sutra Buddha sempat jatuh dari langit dan menimpa atap Yungbulakang. Diyakini, sutra itu ditafsirkan sebagai waktu yang terjadi antara abad ketujuh dan kedelapan, sebagai ramalan kitab kuno akan keamanan yang tercipta di istana.

Istana ini kemudian menjadi tempat tinggal kaisar. Namun, kaisar pertama Kekaisaran Tibet bernama Songtsen Gampo (berkuasa 618 – 650 M) memindahkan pusat pemerintahannya ke Lhasa dengan mendirikan istana dua lantai.

Pemindahan ini membuat Yungbulakang hanya menjadi tempat suci atau istana musim panas.

Patung raja Tibet Songtsen Gampo yang berada di dalam Istana Yungbulakang, Tibet, Tiongkok. Wisatawan yang datang dapat melihat sejarah kebudayaan Tibet kuno hingga modern. (IMs Bildarkiv/Erik Törner/Flickr)

Dalai Lama kelima (Ngawang Lobsang Gyatso) yang hidup antara 1617 sampai 1682 menjadikan Istana Yungbulakang sebagai biara Gelugpa.

Dia menambahkan atap paviliun emas bersudut empat di dasar bangunan. Bangunan ini masih utuh dan terlihat mendampingi istana.

Secara arsitektur, Istana Yungbulakang sangat menonjol di Lembah Yarling. Bangunannya menjulang tinggi pada ketinggian 3.700 meter di atas permukaan laut pada lereng Gunung Zhaxi Ceri, membuatnya bak Kuil Udara tempat para biksu Pengendali Udara tinggal di Avatar.

Arsitekturnya bergaya khas Tibet dan merupakan bangunan kuno di Tibet. Bangunannya serupa benteng dengan berbagai peninggalan sejarah yang tersimpan.

Bagi pelancong yang berkunjung ke Tibet, Istana Yungbulakang merupakan destinasi yang wajib disambangi untuk mempelajari sejarah Tibet.

Selain itu, pemandangannya juga sangat indah. Dari ketinggian Istana Yungbulakang yang ramping bagai menara pandang, wisatawan dapat melihat berbagai ladang dan desa sekitarnya.

Seiring berganti musim, warna ladang berubah, sehingga menawarkan pengalaman yang berbeda bagi peziarah yang datang.

Konon, menara tertinggi di Istana Yungbulakang adalah bangunan paling awal yang dibangun. Luas bangunan ini berbentuk persegi dengan tinggi 11 meter yang semakin ke atas semakin mengecil.

Di dalamnya pun terdapat tiga lantai dengan langit-langit tinggi dan dihubungkan dengan lorong tangga nan sempit. Pada bagian teratas, sahabat dapat melihat panorama alam Lembah Yarling yang memesona.

Sementara di depan menara terdapat bangunan bertingkat yang merupakan tempat suci. Lantai pertamanya merupakan istana kuno untuk para raja Tibet dan para menteri.

Siapa pun yang berkunjung, dapat melihat langsung bagian dalamnya yang dipenuhi mural indah berkaitan sejarah awal Tibet dan patung raja Songtsen Gampo.

Sementara di lantai dua, terdapat aula kecil yang dipenuhi berbagai patung perunggu Buddha seperti Avalokiteshvara dan Sakyamun. Namun, lantai tiganya rusak dan terbengkalai sejak Revolusi Kebudayaan Tiongkok (1966-1976).