Selisik Kehidupan Sehari-hari Seorang Anak di Kekaisaran Romawi

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 9 Maret 2024 | 09:00 WIB
Seperti apa kehidupan sehari-hari seorang anak di Kekaisaran Romawi pada umumnya? Satu hari dalam kehidupan seorang anak dari masyarakat kelas bawah dan anak dari masyarakat kaya sangatlah berbeda. (Marie-Lan Nguyen )

Nationalgeographic.co.id—Anak-anak di Kekaisaran Romawi yang lahir bebas, ingenuiae, lahir dari orang tuanya yang menjadi warga negara Romawi. Mereka menjalani kehidupan yang ditentukan oleh status sosial keluarganya.

Seperti apa kehidupan sehari-hari seorang anak di Kekaisaran Romawi pada umumnya? Satu hari dalam kehidupan seorang anak dari masyarakat kelas bawah dan anak dari masyarakat kaya sangatlah berbeda.

Apa yang dilakukan seorang anak di pagi hari?

Semua orang Romawi memulai hari mereka saat matahari terbit. Anak Romawi dan keluarganya yang tinggal di kota pasti akan terbangun karena kebisingan kerumunan orang banyak.

Saat anak-anak dan keluarga bersiap untuk hari yang akan datang, mereka mungkin memulainya dengan sarapan, lentaculum. Anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu kemungkinan besar akan mendapat gandum atau roti rebus.

Semua lapisan masyarakat membeli makanan dari pedagang kaki lima dan toko makanan. Terutama keluarga berpenghasilan rendah.

Anak pekerja di Kekaisaran Romawi

Kehidupan keluarga kelas pekerja bisa jadi sangat sulit; upahnya rendah dan terkadang pekerjaan mereka hanya bersifat sementara. Bagi keluarga-keluarga ini, harapannya adalah anak-anak mereka bisa mulai bekerja sejak usia muda. Jadi, masa kanak-kanak mungkin singkat dan banyak anak yang bekerja karena penghasilan tambahannya sangat penting bagi keluarga.

“Sangat sedikit anak-anak miskin yang dapat mengakses pendidikan,” tulis Laura Kate C. McCormack di laman World History Encyclopedia. Namun ada beberapa yang beruntung karena orang tua mereka dapat menyekolahkan mereka dalam waktu singkat. Jadi mereka dapat mempelajari keterampilan yang cukup sebagai bekal untuk bekerja.

Dalam Satyricon karya Petronius, diungkapkan bahwa anak mendapatkan pendidikan yang praktis dan berguna. Namun sebagian besar anak-anak miskin tetap buta huruf.

Anak-anak kecil dipekerjakan di berbagai bidang pekerjaan. Anak-anak bekerja di jalanan untuk menjajakan produk seperti buah-buahan dan bunga. Anak laki-laki terkadang mengikuti dan membantu pekerjaan sang ayah.

Seorang ayah yang merupakan pembuat cermin di Legio XIV di Carnuntum, mencatat di batu nisan anaknya. Isinya mengungkapkan bahwa putranya yang berusia 10 tahun meninggal dalam usia yang sangat muda. Saat itu ia masih dalam pelatihan sebagai pembuat cermin.