Kehidupan Para Filsuf Muslim Hingga Pengaruh bagi Sejarah Dunia

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 17 Maret 2024 | 08:00 WIB
Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina dianggap sebagai tiga filsuf muslim yang berpengaruh dalam sejarah dunia. (The Collector)

 

Nationalgeographic.co.id – Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina secara luas dianggap sebagai tiga filsuf muslim penting yang tercatat dalam sejarah dunia.

Sayangnya, filsafat Islam masih kurang dipelajari, meskipun terdapat banyak kesamaan dan titik kontak pemikiran dengan apa yang disebut filsafat Barat.

Lalu, bagaimana para filsuf muslim ini menjalani kehidupan hingga pemikiran mereka berpengaruh bagi sejarah dunia? 

Al-Kindi

Abu Yusuf Ya'qub ibn Ishaq al-Kindi adalah filsuf besar paling awal dalam sejarah Islam. Dia merupakan tokoh sentral yang sekarang kita sebut “lingkaran Kindi”, nama yang diberikan kepada sekelompok penerjemah (kebanyakan orang Kristen Siria) yang bertanggung jawab menerjemahkan banyak karya besar filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab, khususnya karya Aristoteles.

Al-Kindi hidup sekitar tahun 800-870 M. Dia juga pernah menjadi tokoh utama di istana khalifah al-Mu'tasim, bahkan diberi tanggung jawab untuk membimbing putra khalifah.

Karya filosofis utamanya berjudul On First Philosophy. Bagian ini terdiri dari empat bagian: nasihat untuk menghormati kebijaksanaan filosofis Yunani, keabadian dunia, keberadaan Tuhan dan ketidakterbatasan Tuhan.

Kajian metafisika Al-Kindi berkaitan erat dengan konsepsinya tentang Tuhan, dan upayanya menjelaskan unsur-unsur wahyu dalam istilah yang lebih rasional dan filosofis.

Al-Kindi mengasosiasikan keberadaan dan kebenaran sedemikian rupa sehingga keduanya dapat digabungkan. Dia berpendapat bahwa “segala sesuatu yang ada memiliki kebenaran”.

Jika Tuhan menjadi penyebab segala kebenaran berarti Tuhan adalah penyebab segala makhluk.

Konsep sentral dalam On First Philosophy adalah kesatuan. Al-Kindi berargumentasi bahwa penyebab pertama dari keberadaan juga harus menjadi penyebab pertama dari kesatuan, sebagian atas dasar bahwa mewujudkan sesuatu sebenarnya adalah soal memaksakan unit yang sebelumnya tidak ada.

Al-Kindi bukan hanya filsuf pertama dalam sejarah Islam, namun juga seorang yang warisan intelektualnya—terutama kepada Aristoteles—terbukti sangat berpengaruh bagi para filsuf berikutnya.