Singkap Beragam Peran Wanita Romawi dalam Sejarah Kedokteran

By Sysilia Tanhati, Senin, 18 Maret 2024 | 17:00 WIB
Aktivitas semua profesional kesehatan di Zaman Klasik ini cukup terkenal berkat penelitian yang telah dilakukan sejak akhir abad ke-19. Meski begitu, hanya sedikit yang diketahui tentang peran perempuan dalam pengobatan Yunani-Romawi. (CC BY 4.0)

Kategori terakhir adalah iatromea, sebuah profesi yang berada di tengah-tengah antara bidan dan dokter atau satu tingkat lebih tinggi. Iatromea adalah spesialis yang menggabungkan pengetahuan keduanya.

Penting untuk dijelaskan bahwa perbedaan ini hanya berlaku pada periode setelah diperkenalkannya pengobatan Yunani di Romawi. Sebelumnya, satu-satunya perempuan yang melakukan praktik kedokteran di Romawi adalah perempuan yang tidak memiliki pendidikan profesional. Di masa itu, praktiknya lebih mirip sihir alih-alih kedokteran.

Setelah kedatangan pengobatan Yunani di Romawi, profesi bidan, medicae dan iatromeae berkembang. Semua wanita yang mengambil profesi ini menerima beberapa pelatihan profesional, meskipun tidak ilmiah.

Praktik kebidanan tradisional kuno di Yunani dan Romawi, yang terkait erat dengan keyakinan agama, semakin bertentangan dengan bidang kedokteran ilmiah.

Bidang kedokteran ilmiah ini didominasi laki-laki yang bekerja sebagai penulis formal dan dosen di bidang kebidanan dan ginekologi. Penulis Hippocrates Corpus menunjukkan bahwa laki-laki lebih rasional dibandingkan perempuan. Dan fisiologi perempuan membuat mereka rentan terhadap masalah yang dapat menimbulkan gejala irasionalitas. Oleh karena itu, laki-laki mendominasi profesi dokter, yang menurut mereka tidak cocok untuk perempuan.

Meski demikian, ada beberapa perempuan yang berhasil menjadi dokter. Agnodice (abad ke-4 SM) dikatakan oleh beberapa penulis kuno sebagai seorang dokter, bidan, dan ginekolog wanita populer. Konon ia menyamar sebagai laki-laki untuk berpraktik sebagai dokter.