Asal-usul Pembentukan Negara-negara Kota dalam Sejarah Yunani Kuno

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 24 Maret 2024 | 07:00 WIB
Lukisan imajinasi negara kota di Yunani kota oleh MHoltsmeier. Negara kota bisa terbentuk karena kondisi geografis di Yunani. Masing-masing negara kota punya sistem dan tradisi yang berbeda dalam menjalankan roda pemerintahan. ( MHoltsmeier/DeviantArt)

Nationalgeographic.co.id—Peradaban Yunani kuno tidak pernah benar-benar dalam satu atap negara. Penyatuan mereka baru terjadi ketika Philip II dari Makedonia, ayah Aleksander Agung, menaklukkan Yunani kuno yang saling bertikai.

Masyarakat Yunani kuno tinggal di setiap kota yang merdeka bak negara kecil. Mereka mengenal konsep sebagai negara kota (polis), di mana masing-masing memiliki sistem pemerintahannya sendiri.

Terdapat lebih dari 1.000 negara kota di Yunani kuno. Negara kota ini tersebar luas mengikuti koloni masyarakat Yunani kuno. Negara kota ini tersebar di Yunani sendiri, Asia Kecil atau Turki (Ionia), sampai hampir seluruh kawasan Laut Hitam dan Laut Mediterania, termasuk Prancis dan Spanyol.

Dari sekian banyak negara kota, yang paling berpengaruh dalam sejarah Yunani kuno adalah Athena, Sparta, Korintus, Thebes, Siracusa, Aegina, Argos, Eretria, dan Elis. Negara-negara kota besar ini memberikan pengaruh kepada negara-negara kota lainnya, mengadakan aliansi, dan menyatakan perang terhadap negara kota atau bangsa lain.

Negara-negara kota Yunani terbentuk sekitar abad kedelapan dan keenam SM. Pembentukannya diperkirakan karena berbagai kelompok penduduk di bentang geografis tertentu, memiliki kesamaan untuk tinggal bersama.

Geografis memainkan peran penting dalam membentuk peradaban Yunani kuno. Yunani memiliki akses yang mudah pada kawasan perairan. Laut sekitarnya terdiri dari ragam pulau kecil yang tak terhitung jumlahnya. Sedangkan di daratan pun memiliki pelabuhan-pelabuhan hingga jaringan sungai terkecil yang memudahkan akses bagi penjelajah dan pedagang.

Ada pun kawasan pegunungan membuat negara kota bisa terbentuk dalam sejarah Yunani kuno. Karena dataran tinggi, penduduk lintas daerah sulit berkomunikasi dan melakukan perjalanan. Mereka pun berkembang secara mandiri untuk membuat negara kota atas kesamaan budaya, ideologi, dan sosial.

Athena dan Sparta

Setiap negara kota bisa berbeda satu sama lain secara sistem pemerintahan. Perbedaan paling mencolok adalah Athena dan Sparta.

Athena menggunakan sistem demokratis yang dicetuskan dalam Konstitusi Solon awal abad keenam SM. Sistem ini menyatukan masyarakat negara kota Athena yang sebelumnya terpecah belah dan nyaris bubar.

Pada sistem ini, masyarakat diwakili para anggota dewan yang terdiri dari 400 orang. Masing-masing dewan ini berasal dari masyarakat elite yang dipilih. Dewan ini juga yang menyelenggarakan pemilu, keputusan hukum, dan kebijakan peperangan.

Sistem ini menyokong hadirnya kalangan pemikir, ilmuwan, dan masih banyak lagi yang menawarkan kemajuan dalam sejarah Yunani kuno dari Athena. Athena juga menekankan seni, arsitektur, dan sastra.

Sementara Sparta, bersifat oligarkis. Hanya ada segelintir orang yang menguasai pemerintahan Sparta dengan senat yang terdiri dari 30 orang. Anggota senat ini adalah pemimpin dari kalangan warga negara tertentu.

Sparta dikenal juga dengan kebudayaan militeristiknya yang mengakar dari sistem pemerintahannya dalam sejarah Yunani kuno. Perbedaan inilah yang kelak membuat Sparta dan Athena berseteru. Bagi orang Sparta, sistem Athena terlalu lemah.

Kecenderungan militeristik ini bermula dari konstitusi yang dibuat oleh Lycurgus, senator Sparta yang kerap diceritakan semi-mitologi. Undang-undang yang dibautnya menuntut dedikasi total rakyat kepada negara-kota.

Tujuan dari sifat militeristik Sparta bertujuan agar warga negara bisa menjadi sumber daya manusia tangguh untuk melawan musuh. Hal ini membuat Sparta menjalani hidupnya secara kaku dibanding negara-negara kota lainnya di Yunani kuno.

Negara kota di luar Yunani

Kekuatan maritim membuat sebagian besar bangsa Yunani kuno melakukan eksplorasi di lautan. Demi menjaga sumber daya, mereka harus mendirikan koloni yang tersebar di seluruh Mediterania. Secara total, ada 500 koloni di luar Yunani pada abad kelima SM.

Koloni dari Yunani kuno dan Fenisia di penjuru Laut Mediterania. Koloni sangat penting bagi negara-negara kota Yunani untuk mendapatkan sumber daya perdagangan dan kebutuhan peradabannya. (William Linn Westermann/ The Library of Congress/Wikimedia Commons)

Koloni ini kemudian menjadi mandiri sebagai kota. Salah satunya, di Ionia atau Turki hari ini, terdapat negara kota seperti Miletos, Efesos, Smyrna, dan Halikarnassos yang berasal dari koloni sejak abad kedelapan SM.

Negara-negara kota di Ionia ini berakar dari koloni yang dibangun oleh orang negara kota Athena. Ionia berkontribusi dalam sejarah Yunani kuno yang menghadirkan ragam ilmuwan dan filsuf kuno. Tidak jarang, interaksi antara negara-negara kota di Ionia bisa pergi meraih pendidikan di Athena, atau sebaliknya.

Namun, tidak semua koloni benar-benar merdeka. Proses kolonisasi yang paling intensif terjadi semasa Dionisos I dari Sycrause sekitar 387–385 SM. Dia mengusir pengaruh Kartago dari Pulau Sisilia. Hal ini membuat koloni-koloni Yunani kuno berkembang di sekitar Laut Adriatik dan Italia.

Upaya pendirian koloni di sekitar Laut Mediterania adalah tantangan bagi masyarakat Yunani kuno. Mereka tidak hanya harus bersaing dari negara-negara kota tertentu, namun juga bangsa lain yang cukup kuat seperti bangsa Etruria (yang kelak akan mendirikan Romawi) dan Fenisia dari Timur Tengah.