Tatkala Sultan Abdul Hamid II Kekaisaran Ottoman Melawan Zionis

By Hanny Nur Fadhilah, Sabtu, 23 Maret 2024 | 13:00 WIB
Sekelompok tentara Ottoman dan negarawan di Yerusalem. Pada akhir abad ke-19, Abdul Hamid II merupakan sultan ke-34 Kekaisaran Ottoman yang terkenal karena berani melawan Zionis. (Daily Sabah)

Sultan Abdul Hamid tidak ingin ikut campur dalam urusan negara lain, sebagaimana ia tidak ingin ikut campur dalam urusan dalam negerinya sendiri.

Oleh karena itu, surat kabar diminta bersikap hormat kepada negara-negara Eropa dan duta besarnya, tidak mengkritik kebijakan pemerintah asing kecuali ada peringatan khusus, dan tidak mempermalukan pihak lain sambil mengagungkan Islam.  

Selama masa relatif damai yang berlangsung selama 30 tahun, Sultan Abdul Hamid fokus pada kegiatan pendidikan dan pembangunan.

Selain kegiatan pendidikan dan konstruksi, ketertiban dan keamanan masyarakat, deflasi dan kemakmuran juga terjadi di negara ini. Masyarakat tidak pernah mempermasalahkan biaya hidup. Apalagi karena rasa hormatnya terhadap agama dan tradisi, sultan dicintai rakyat.

Kejatuhan Sultan Abdul Hamid II

Komite Persatuan dan Kemajuan atau The Committee of Union and Progress (CUP), fraksi terdepan dalam gerakan Turki Muda didirikan di Makedonia pada tahun 1889. 

Mereka menyebar terutama di kalangan korps perwira di Rumelia. Setelah para perwira yang lama tidak dapat menerima gaji dan tidak menyukai politik tradisional Sultan Abdul Hamid memberontak di Rumelia, yang kemudian disebut Revolusi Turki Muda, sultan terpaksa mengadakan Parlemen lagi pada tahun 1908.

Di sisi lain, surat kabar dan buku mulai menjajakan propaganda melawan sultan. Abdul Hamid adalah salah satu tokoh langka dalam sejarah yang terdapat banyak literatur negatif.

Sosoknya dibuat sedemikian rupa sehingga kesalahannya dibesar-besarkan atau apa yang tidak dilakukannya diperlihatkan seolah-olah sudah dilakukan.

Akibat disintegrasi politik di dalam angkatan bersenjata, pemberontakan kontra-revolusioner pecah di Istanbul pada tanggal 13 April 1909. Hal ini mempertemukan lawan-lawan CUP, kelompok radikal dan birokrat yang tidak puas.

Pemberontakan tersebut, yang kemudian dikenal sebagai Insiden 31 Maret, ditumpas oleh pasukan pimpinan CUP yang didatangkan dari Rumelia.

Sultan dicopot dari jabatannya oleh Parlemen yang didominasi CUP dan diasingkan ke Salonica (Thessaloniki) dengan dalih pemberontakan ini, dengan rumor bahwa CUP atau Inggris berada di baliknya.

Istana Yıldız dijarah oleh tentara. Harta benda sultan yang bergerak dan tidak bergerak disita. Setelah jatuhnya Salonica, mantan sultan dibawa ke Istanbul pada tahun 1913 dan dipenjarakan di Istana Beylerbeyi.

Dia dilarang bertemu keluarganya, keluar rumah dan membaca koran hingga meninggal karena pneumonia pada 10 Februari 1918.