Mencari Makna di Balik Sajian Lezat Kuliner Khas Kekaisaran Romawi

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 23 Maret 2024 | 15:00 WIB
Lukisan still life dengan telur, burung, dan piring perunggu, oleh seniman yang tak diketahui. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Romawi, yang membentang di berbagai benua dan berabad-abad, terkenal dengan keajaiban arsitektur, kehebatan militer, dan sumbangsih budayanya. salah satu warisannya yang paling mendalam terletak pada tradisi kulinernya.

Bangsa Romawi, dengan jaringan perdagangan yang luas dan provinsi yang beragam, memiliki akses ke sejumlah besar bahan makanan. Hal inilah yang kemudian turut memperkaya cita rasa kuliner Romawi.

“Kekaisaran Romawi mungkin telah runtuh, namun pengaruh kulinernya tetap bertahan,” kata George Liapis, seorang penulis sejarah Yunani dan Romawi Kuno.

Bagi George,  masakan orang-orang Romawi kala itu tak hanya menawarkan cita rasa yang kaya, namun memiliki makna budaya yang kuat.

“Mereka mengingatkan kita pada masa ketika makanan bukan hanya tentang makanan, tetapi juga sebuah bentuk seni, pengalaman komunal, dan cerminan nilai-nilai sosial,” imbuhnya.

Panis: Lebih dari Sekadar Roti

Sejak zaman kuno, roti telah menjadi makanan pokok yang tak tergantikan dalam budaya manusia. Begitu juga dengan roti ‘panis’.

Di jantung kota Roma, di tengah-tengah Koloseum megah dan pasar yang ramai, panis berdiri sebagai simbol kehidupan sehari-hari.

“Panis bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga merupakan cerminan dari masyarakat Romawi,” kata George.

Dari roti jelai yang keras yang dikonsumsi oleh kelas pekerja hingga roti gandum yang mewah untuk para bangsawan, panis adalah makanan sekaligus simbol status. Selain itu, panis juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam upacara keagamaan maupun festival tertentu.

Proses pembuatan roti ini terus mengalami perkembangan sesuai dengan teknologi yang ada kala itu. Dan konon, hanya orang-orang tertentu yang bisa membuat adonannya.

Vinum: Merayakan Kehidupan