Analisis Gempa Bawean dan Sesar Tua Pola Meratus di Laut Jawa

By Utomo Priyambodo, Selasa, 26 Maret 2024 | 13:00 WIB
Titik pusat Gempa Bawean yang berada di zona Sesar Tua Pola Meratus di laut Jawa. (USGS)

Yang menarik dari Gempa Bawean adalah gempa ini dipicu oleh reaktivasi sesar tua. Episenter Gempa Bawean ternyata terletak tepat di jalur sesar yang sudah terpetakan.

Jika mencermati lokasi pusat Gempa Bawean, tampak episenternya terletak tepat pada jalur Sesar Muria (Laut) menurut makalah ilmiah yang dipublikasikan Peter Lunt (2019). Jalur sesar ini berada di zona Sesar Tua Pola Meratus. Salah satu jalur sesar di zona Pola Meratus ini diduga mengalami reaktivasi dan memicu gempa.

Hal menarik lainnya, Gempa Bawean memiliki “gempa susulan” dengan magnitudo lebih besar (M6,5) dari gempa pertama (M5,9). Hal ini bisa terjadi karena asperity (bidang bakal geser di bidang sesar) yang ukurannya lebih besar (M6,5) mengalami pecah belakangan, salah satunya karena dipicu tekanan dari gempa pertama (M5,9) dengan aspertity yang ukurannya relatif lebih kecil.

Bidang sesar yang pecah pertama kali (first rupture) adalah asperity pada struktur batuan yang lebih lemah. Jadi asperity pada gempa pertama mengalami pecah duluan sebagai gempa pembuka (foreshock).

Selain ada satu gempa susulan yang berkekuatan lebih besar, Gempa Baeran juga diikuti oleh gempa susulan lain yang cukup banyak. Hal ini disebabkan karakteristik gempa kerak dangkal di Bawean terjadi pada batuan kerak bumi permukaan yang batuannya bersifat heterogen sehingga mudah rapuh patah. Gempa ini berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuan bersifat homogen dan elastik sehinga biasanya miskin gempa susulan bahkan terkadang tidak diikuti gempa susulan meskipun magnitudo gempanya cukup besar.

Gempa susulan sejatinya lazim terjadi pasca terjadi gempa kuat dan bukan untuk ditakuti. Banyaknya gempa susulan justru dapat memberi informasi peluruhan gempa sehingga kita dapat mengestimasi kapan berakhirnya gempa susulan.

Gempa Bawean Mulai Meluruh

Hasil monitoring BMKG hingga Minggu pagi (24) pukul 10.00 WIB mencatat ada sebanyak 239 kali gempa dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang sejak Gempa Bawean pertama pada Jumat lalu. Jika hari Jumat (22/3) dalam satu jam dapat terjadi 19 kali gempa, maka data terkini Minggu (24/3) menunjukkan dalam 1 jam terjadi 2-3 kali gempa. Semoga kondisi tektonik sumber gempa di Bawean segera stabil dan aman kembali.

Gempa Bawean ini menambah catatan jumlah gempa kuat di Laut Jawa. Sejarah gempa kuat di Laut Jawa tidak banyak, hanya 4 kali yaitu pada 1902, 1939, 1950 dan terkini 2024. Dengan demikian, Gempa Bawean memberi pelajaran penting. Ancaman gempa merusak di Jawa Timur tidak hanya berasal dari selatan yaitu sumber gempa subduksi lempeng/megathrust dan sesar-sesar aktif di daratan, tetapi ternyata juga dari sumber-sumber gempa di Laut Jawa di utara Jawa Timur.