Dalam melakukan panen pun tidak boleh menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Mereka hanya diperbolehkan mengambil biota laut dengan cara menyelam dan mengambilnya menggunakan tangan kosong, atau dalam bahasa setempat kegiatan ini disebut molo. Masyarakat juga diperbolehkan memanen biota laut di perairan dangkal menggunakan tombak kayu yang disebut tradisi balobe.
Dampak dari tradisi sasi inilah yang membuat ekosistem perairan di wilayah Sasi tetap terjaga secara berkelanjutan, sekaligus mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat Kampung Kapatcol. Hasil penjualan dari buka sasi digunakan untuk mendukung kegiatan keagamaan, sosial-kemasyarakatan, dan tabungan pendidikan bagi masyarakat.
Penguatan kelompok perempuan
Sejak 2011, kelompok Waifuna mendapat pendampingan dari YKAN, berupa manajemen organisasi, pemanfaatan hasil sasi, penguatan keterampilan, pengelolaan keuangan, pencatatan hasil, hingga dasar-dasar konservasi termasuk pemantauan populasi, ukuran, dan jenis biota yang bisa ditangkap.
Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman mengatakan bahwa YKAN mendukung kelompok Waifuna dalam memastikan ekosistem dan wilayah sasi yang dikelola sesuai dengan prinsip konservasi yang berkelanjutan. Menurutnya, konservasi di wilayah Bentang Laut Kepala Burung bisa lebih efektif bila didukung oleh sistem sosial budaya dan peran perempuan yang terwujud menjadi kebijakan lokal.
“Salah satu contohnya adalah sasi yang dikelola oleh kelompok perempuan Waifuna di Kampung Kapatcol yang mampu memperbaiki kondisi ekologi, sosial, dan ekonomi masyarakat," terang Ilman.
Ilman menambahkan, "Bahkan, keberhasilan kelompok Waifuna dalam mengelola wilayah Sasi menginspirasi kelompok perempuan di kampung lainnya, yaitu kelompok Joom Jak Sasi dari Kampung Aduwei dan kelompok Zakan Day dari Kampung Salafen di Misool Utara yang juga didampingi oleh YKAN.”