Kisah Ramses III, Firaun Agung Terakhir dalam Peradaban Mesir Kuno

By Tri Wahyu Prasetyo, Selasa, 2 April 2024 | 08:55 WIB
Patung Ramses III di Museum Rockefeller. (Davidbena/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.idRamses III adalah firaun kedua dari Dinasti Kedua Puluh selama Kerajaan Baru. Dia berkuasa ketika Mesir berada dalam masa kemunduran. 

Namun, di bawah kepemimpinannya yang berlangsung selama 30 tahun, ia mampu memperlambat kemunduran negaranya dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan mengalahkan Bangsa Laut dan Libya, serta program pembangunan yang mengesankan.

Menurut Heather Reilly, seorang penulis dan sejarawan dunia Kuno, setelah masa pemerintahan Ramses III, kerajaan Mesir mengalami kekacauan karena pertikaian internal dan ketidakmampuan Mesir untuk memanfaatkan inovasi besi selama Zaman Besi.

“Kematian Ramses menandai berakhirnya posisi kemakmuran dan stabilitas Mesir, itulah sebabnya ia dikenal sebagai Firaun Agung terakhir,” kata Reilly.

Ramses III Naik Takhta

Ramses III secara langsung menggantikan ayahnya, Setnakhte, dalam garis suksesi. Dia mengukuhkan kekuasaannya sebagai raja dengan mencontoh Ramses II yang Agung.

Pada tahun kelima pemerintahannya, kekuatan Ramses III sebagai penguasa akan diuji. Gabungan suku-suku Libya, seperti suku Meshwesh dan Seped menyerang Mesir.

Sekitar 25 tahun sebelumnya, di bawah pemerintahan Merenptah, kelompok yang sama juga pernah menyerang. Namun mereka berhasil dipukul mundur oleh firaun yang berkuasa.

Pada serangan kali ini, Ramses harus memerangi orang-orang Libya dalam dua pertempuran: di darat dan di laut.

Orang-orang Laut

Mural yang menunjukkan kemenangan Ramses III atas Orang-orang Laut, sekitar tahun 1190 SM. (Via The Collector)

Tiga tahun kemudian, Mesir harus mempertahankan diri lagi, dan kali ini melawan musuh yang jauh lebih besar.