Dipimpin Attila, Apakah Suku Hun Benar-Benar Brutal dan Mematikan?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 2 April 2024 | 21:00 WIB
Suku Hun sangat ditakuti, bahkan mereka dianggap sebagai mimpi buruk bangsa Romawi. Apa yang membuat mereka begitu menakutkan? (Georges Rochegrosse)

Nationalgeographic.co.id—Kejam dan tidak dapat diprediksi, hanya sedikit pasukan yang sama menakutkannya dengan pasukan Hun dalam sejarah dunia.

Turun ke kota seperti angin puyuh dari neraka, para penunggang kuda yang buas membunuh tanpa pandang bulu. Mereka menumpas siapa saja, entah itu pejuang maupun warga sipil, pria dan wanita, orang dewasa dan anak-anak.

Dengan kecerdasan militer ini, Suku Hun menciptakan sebuah kerajaan yang membentang dari timur ke barat, Laut Kaspia hingga Sungai Rhine. Dan utara ke selatan, dari Laut Baltik hingga Laut Hitam. Keluasan sepenuhnya kerajaan ini dicapai di bawah pemimpin kuat suku Hun, Attila, Scourge of God.

Suku Hun sangat ditakuti, bahkan mereka dianggap sebagai mimpi buruk bangsa Romawi. Apa yang membuat mereka begitu menakutkan?

Baru-baru ini, para sejarawan mulai mengkaji ulang citra Suku Hun. Secara keseluruhan, Suku Hun adalah suku yang buta huruf. Mereka tidak meninggalkan bukti tertulis tentang sejarah mereka. Apa yang kita ketahui tentang Suku Hun terutama berasal dari komentar-komentar yang ditulis oleh orang Romawi.

“Mereka sering menjadi korban serangan Suku Hun,” tulis Kerry Sullivan di laman Ancient Origins.

Tidak diragukan lagi, bangsa Hun adalah pejuang yang ganas. Tapi apakah mereka benar-benar brutal dan biadab seperti yang dicatat oleh sejarah dunia?

Suku Hun dan propaganda Romawi

“Kita mengetahui dari tradisi lama perihal asal-usul Suku Hun. Filimer, Raja Goth, putra Gadaric Agung, menemukan penyihir di tengah bangsanya. Karena mencurigai wanita-wanita ini, dia mengusir mereka dari tengah-tengah sukunya. Filimer memaksa mereka untuk mengembara di pengasingan jauh dari pasukannya.

Di sana roh-roh najis, yang melihat mereka saat mereka mengembara di padang gurun, memberikan pelukan kepada mereka. Roh tersebut memperanakkan ras yang buas ini.

Ras ini mula-mula tinggal di rawa-rawa. Mereka adalah suku yang kerdil, kotor dan lemah, hampir tidak seperti manusia dan tidak mempunyai bahasa.”

Jadi, asal-usul suku Hun dikaitkan dengan perkawinan penyihir dan setan. Deskripsi ini ditulis pada abad ke-6 M oleh birokrat Romawi Jordanes, sekitar satu abad setelah bangsa Hun memicu Migrasi Besar-besaran. Migrasi itu dipercaya menjadi faktor utama jatuhnya Romawi.