Terkenal akan Kuilnya, Seperti Apa Rumah-Rumah di Era Yunani Kuno?

By Sysilia Tanhati, Rabu, 10 April 2024 | 18:00 WIB
Kuil-kuil yang dipersembahkan untuk para dewa dewi mitologi kerap dikaitkan dengan budaya Yunani. Tapi seperti apa sebenarnya rumah-rumah masyarakat di masa itu? (Jebulon/CC0)

Nationalgeographic.co.id—Peradaban Yunani kuno mendominasi Mediterania Timur. Seiring dengan berjalannya waktu, Acropolis Athena dan Parthenon dibangun. Selain itu, kuil-kuil besar pun didirikan di Delphi dan Olympus. Ada banyak situs-situs penting yang tersebar di Yunani, Makedonia, Thrace, hingga Asia Kecil.

Kuil-kuil yang dipersembahkan untuk para dewa dewi mitologi kerap dikaitkan dengan budaya Yunani. Tapi seperti apa sebenarnya rumah-rumah masyarakat di masa itu?

Pertama, perlu dicatat bahwa sejumlah besar variabel terlibat dalam pembangunan rumah di dunia Yunani kuno. Mungkin contoh paling terkenal dari hal ini adalah negara-kota Sparta. Masyarakat Sparta sebagian besar tinggal di barak tentara raksasa. "Dan rumah mereka hanya terdiri dari tenda-tenda besar," tulis Card Seaver di laman History Defined.

Sedangkan di Mesir era Ptolemy, pembangunan rumah melibatkan penggunaan lumpur dan buluh papirus untuk membangun dinding.

Komunitas lain lebih suka menggunakan kompleks gua sebagai tempat tinggal mereka. Seperti pada zaman kuno di antara masyarakat Matala di pulau Kreta dan di antara bangsa Lycian di Asia Kecil.

Rumah di Athena di era Yunani kuno

Sebagai contoh standar rumah Yunani, mari kita ambil contoh negara-kota Athena antara abad keenam dan keempat SM.

Ratusan ribu orang tinggal di Athena pada puncak kekuasaan ekonomi dan politiknya pada pertengahan abad kelima SM. Mereka tinggal di unit perumahan kecil, yang sebagian besar terdiri dari kurang dari setengah lusin kamar.

Di tengah-tengahnya terdapat sebuah halaman yang diberi naungan. Di naungan itu orang dapat menikmati taman di tengah udara panas.

Jendela-jendelanya hanya sedikit yang dapat menahan panas. Dinding-dindingnya dicat atau dibangun dengan cara yang dapat menolak panas dan menjaga suhu. Semua dilakukan agar penghuni rumah bisa bertahan selama bulan-bulan musim panas.

Ruangan-ruangan yang dibangun di sekeliling halaman bersifat serbaguna. Beberapa di antaranya bisa digunakan untuk bekerja di pagi hari. Kemudian diubah menjadi tempat hiburan pengunjung di malam hari.

Memasak pun mungkin dilakukan di sebuah ruangan pada pagi hari. Ruangan itu kemudian diubah menjadi ruang menjahit yang digunakan untuk menjahit. Jadi gagasan tentang ruangan untuk aktivitas berbeda, seperti kita membagi rumah menjadi seperti sekarang, tidak sekaku di zaman dahulu.

Bagi sebagian pakar, tidak ada ruangan yang digambarkan sebagai dapur. Kamar tidur biasanya berada di lantai atas. Namun di banyak kota, kamar tidur mungkin juga digunakan untuk aktivitas lain pada siang hari.

Secara umum dipahami bahwa orang Yunani kuno membagi rumah mereka menjadi andron dan gynaikon. Andron adalah ruang untuk para penghuni rumah dan para pengunjungnya. Sedangkan gynaikon adalah ruang untuk anggota perempuan dari oikos atau rumah tangga.

Kamar-kamar yang ditentukan berdasarkan gender ini dibagi berdasarkan halaman atau satu di lantai atas dan satu lagi di bawah. Mereka akan menggunakan perapian di rumah untuk memasak atau memberikan pemanas tambahan selama musim dingin.

Kehidupan didominasi oleh musim di zaman sebelum adanya listrik. Orang-orang bangun saat fajar atau segera setelah matahari terbit membawa cahaya. Masyarakat di masa itu cenderung tidur segera setelah malam tiba.

Penerangan buatan, yang dipasok oleh lilin dan lampu minyak, tersedia selama bulan-bulan musim dingin yang lebih gelap. Tapi penerangan itu harganya mahal dan harus digunakan secara hemat oleh masyarakat miskin.

Akses ke utilitas

Kerasnya kehidupan sehari-hari akan sangat memakan waktu bagi pria dan wanita di rata-rata rumah tangga di dunia Helenistik pada zaman kuno.

"Rata-rata rumah tidak memiliki kamar mandi atau toilet," tambah Seaver. Sebaliknya, seseorang pergi ke kamar mandi umum. Mereka menggunakan semacam ember kemudian dikosongkan.

Demikian pula, rumah-rumah pada umumnya tidak memiliki akses langsung terhadap air yang mengalir. Namun, mulai abad ketujuh atau keenam SM, air bersih dialirkan ke kota-kota menggunakan saluran air dan sistem pipa. Hal ini diperlukan untuk kota-kota seperti Athena, yang populasinya mencapai ratusan ribu pada puncak periode klasik.

Air ini kemudian harus digunakan untuk melakukan segala macam tugas rumah tangga. Mulai dari membersihkan pakaian dan piring hingga menyiram anggur dan mandi.

Furnitur Yunani

Di rumah tangga Yunani, furnitur tidak sebanyak rumah tangga modern. Tikar buluh atau jerami akan menutupi lantai, bukan karpet atau ubin. Meja dan kursi akan ditata untuk makan dan bersantai. Ruangan tempat para tamu dijamu cenderung dilengkapi dengan bangku panjang.

Di kamar tidur, tempat tidur, meskipun bersifat primitif, juga tersedia. Tempat tidur ini terdiri dari kant0ng berisi bulu, wol, atau bahan lembut lainnya. Kantong itu sering kali ditumpuk di lantai untuk ditiduri.

Tempat tidur berbingkai kayu, seperti di kamar tidur modern, hanya tersedia bagi orang Yunani yang lebih kaya.

Toples dan pot tanah liat pasti banyak jumlahnya. Amphorae, alabastron, hydriae, dan lekythoses ini digunakan untuk menyimpan segala sesuatu mulai dari minyak zaitun dan anggur hingga biji-bijian dan sayuran.

Tidak ada lemari es yang tersedia. Oleh karena itu, kehidupan merupakan siklus yang konstan dalam memperoleh makanan segar dan air serta membawanya kembali ke rumah tangga. Singkatnya, kehidupan rata-rata penghuni rumah Yunani 2.500 tahun yang lalu jauh lebih padat karya dan memakan waktu dibandingkan manusia modern.