Mikroplastik di Arteri Tingkatkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 13 April 2024 | 09:00 WIB
Sebuah studi baru yang inovatif menunjukkan bagaimana keberadaan partikel plastik kecil di arteri kemungkinan besar memengaruhi kesehatan Anda—dan dapat meningkatkan risiko kematian. (Oregon State University/cc-by-sa-2.0)

Nationalgeographic.co.id—Mikroplastik ada dimana-mana, di lingkungan dan di tubuh kita. Penumpukan partikel plastik kecil di pembuluh darah dikaitkan dengan risiko serangan jantung, stroke, dan kematian yang lebih besar. Hal ini diungkapkan lewat sebuah sebuah studi baru.

Ketika plak menumpuk di arteri, dinding pembuluh darah yang lebih tebal mengurangi aliran darah ke bagian tubuh. Hal ini meningkatkan risiko stroke, angina, dan serangan jantung. Penyakit ini disebut aterosklerosis

Plak biasanya merupakan campuran kolesterol, zat lemak, limbah sel, kalsium, dan protein pembekuan darah (fibrin).

Sebuah studi mengamati sekitar 300 orang penderita aterosklerosis. Mereka juga memiliki partikel plastik kecil—mikroplastik dan nanoplastik—yang tertanam dalam plak di arteri karotis. Arteri karotis adalah pembuluh darah utama di leher yang mengalirkan darah ke otak.

Orang-orang dengan plak yang mengandung plastik empat kali lebih mungkin terkena serangan jantung atau stroke. Mereka juga lebih berisko meninggal karena sebab apa pun selama 3 tahun ke depan. Hal ini diungkap dalam penelitian yang diterbitkan pada 7 Maret di New England Journal of Medicine.

Para peneliti telah lama mengetahui bahwa bahan kimia dalam plastik dapat terlarut. Bahan kimia tersebut menyebabkan masalah kesehatan, seperti mengganggu hormon atau bagian lain dari sistem endokrin.

“Tetapi ini adalah pertama kalinya kami melihat dampak kesehatan manusia yang disebabkan oleh partikel itu sendiri,” kata Philip Landrigan, seorang dokter anak dan ahli epidemiologi kesehatan masyarakat di Boston College.

Meski tidak terlibat dalam penelitian, Landrigan menghabiskan sebagian besar kariernya untuk mempelajari dampak bahan kimia beracun terhadap kesehatan manusia. Landrigan juga membantu memelopori penelitian keracunan timbal yang menyebabkan pemerintah AS menghilangkan timbal dari bensin dan cat.

“Kita menyadari bahwa partikel-partikel itu ada di sana, tetapi kita tidak tahu apa-apa tentang apa yang partikel itu lakukan. Makalah ini mengubah hal itu.” Landrigan berharap penelitian ini akan memacu lebih banyak penelitian mengenai organ lain yang mungkin rusak akibat plastik. Seperti otak, ginjal, dan organ reproduksi.

Giuseppe Paolisso merupakan ahli jantung di Universitas Campania Luigi Vanvitelli dan salah satu penulis penelitian tersebut. Ia mengatakan tim peneliti tidak dapat menentukan bagaimana plastik kecil itu bisa masuk ke pembuluh darah. Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara, termasuk menghirupnya dari udara dan mengonsumsinya melalui makanan dan air.

“Data dari penelitian dapat menjadi peringatan bahwa kita harus mencoba mengurangi penggunaan plastik dan menggunakan lebih banyak kaca,” kata Paolisso.

Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa partikel mikroplastik dan nanoplastik ada di manapun di dalam tubuh, ungkap Kenneth Spaeth. Spaeth adalah seorang dokter kedokteran kerja di Northwell Health di New York yang tidak terlibat dalam penelitian ini.