Di Mesir Kuno, Galaksi Bima Sakti adalah Tangga Menuju Akhirat

By Utomo Priyambodo, Minggu, 14 April 2024 | 10:00 WIB
Ilustrasi tangga menuju akhirat. Galaksi Bima Sakti diyakini sebagai tangga menuju akhirat menurut mitologi Mesir kuno. (Pickpik)

Nationalgeographic.co.id—Orang-orang Mesir kuno terkenal karena penghormatan mereka terhadap benda-benda langit. Namun peran galaksi Bima Sakti dalam kosmologi mereka masih kurang dipahami oleh para ahli Mesir Kuno.

Menurut sebuah analisis baru, galaksi Bima Sakti mungkin memiliki sejumlah fungsi mitologis. Kumpulan bintang yang melintasi langit itu diyakini bertindak sebagai jalan menuju dunia bawah atau akhirat sekaligus memandu burung di sepanjang rute migrasi tahunan avifauna tersebut.

Ditulis oleh ahli astrofisika Or Graur dari University of Portsmouth, studi baru ini menguji gagasan bahwa galaksi Bima Sakti diwakili oleh dewi langit Nut. Dewi langit Nut sering digambarkan sebagai wanita bertabur bintang yang melengkung di atas bumi untuk melindungi bumi dari perairan jurang yang mengancam, yang dikenal sebagai Nun.

Menurut Book of Nut, yang juga dikenal sebagai The Fundamentals of the Course of the Stars, tugas utama wanita langit itu adalah melahirkan matahari setiap pagi, sebelum menelannya di malam hari.

Untuk membantunya mencapai tugas ini, Nut selalu berorientasi dengan bokongnya di timur dan kepalanya di barat. Namun Bima Sakti mengubah posisinya di langit sepanjang tahun, membentang dari timur ke barat pada bulan-bulan musim panas dan utara ke selatan pada musim dingin.

Perbedaan ini menimbulkan keraguan terhadap gagasan bahwa Nut mewakili galaksi. Namun, setelah berkonsultasi dengan banyak papirus penguburan yang ditemukan di makam Mesir Kuno, Graur mengidentifikasi beberapa penggambaran Nut dengan tangan terentang 45 derajat ke tubuhnya.

Pose seperti itu memungkinkan dewi langit untuk menutupi berbagai kesejajaran Bima Sakti seiring berjalannya waktu, sehingga menunjukkan bahwa dia mungkin saja merupakan perwujudan galaksi Bima Sakti.

Misalnya, Graur menjelaskan bahwa “di musim dingin, Bima Sakti menggambarkan lengan Nut, sedangkan di musim panas, Bima Sakti menggambarkan batang tubuh (atau tulang punggungnya).”

Orang-orang Mesir kuno meyakini galaksi Bima Sakti merupakan tangga menuju akhirat. (Abdul Rahman/Flickr)

Untuk mencari kepastian lebih lanjut mengenai keterkaitan Nut dengan Bima Sakti, para peneliti dalam studi ini mencari kesamaan antara perannya dalam mitologi Mesir Kuno dan representasi dewa bintang lainnya dalam budaya di seluruh dunia.

Misalnya, menurut salah satu Teks Peti Mati Mesir, Nut digambarkan sebagai “tangga” yang dengan melaluinya jiwa orang mati dapat naik ke alam baka. Hal ini juga mencerminkan peran Bima Sakti dalam mitologi penduduk asli Amerika.

“Banyak penduduk asli Amerika di seluruh Amerika Utara memandang Bima Sakti sebagai jalan yang dilalui roh orang mati menuju akhirat,” tulis Graur.