Sains dari Kematian: Terowongan Cahaya dan "Makhluk Misterius"

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 15 April 2024 | 17:43 WIB
Terowongan dengan cahaya di ujungnya merupakan salah satu penglihatan yang dirasakan banyak orang ketika ajal menjemput. Sebagian orang juga melihat 'makhluk misterius'. Adakah alasan ilmiahnya? (Wallpaper Flare)

Nationalgeographic.co.id—Kita dapat merasakan segalanya dengan indra yang kita miliki. Kelima indra kita—penglihatan, pengecap, peraba, pendengaran, dan penciuman—membuat segalanya begitu nyata untuk dirasakan kesadaran (consciousness) kita.

Namun apa yang terjadi ketika kita mati? Semua indra kita berhenti bekerja tanpa instruksi otak dan denyut dari jantung. Seolah, kematian adalah kegelapan kekal.

Di sisi lain, ada banyak cerita-cerita keagamaan yang menggambarkan kondisi kita setelah kematian dengan referensi spiritual. Cerita-cerita ini membuat kita bergidik ngeri, seolah masih ada pengalaman yang dapat dirasakan setelah kita wafat. 

Mendekati Kematian

Meski pengalaman mendekati sering dilihat dari sudut pandang agama, para ilmuwan menggali fenomena tersebut dari segi ilmiah. Sebuah penelitian dari University of Michigan meneliti pada aktivitas otak pada saat kematian.

Penelitian tersebut dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Science dengan makalah bertajuk "Surge of neurophysiological coupling and connectivity of gamma oscillations in the dying human brain".

Para peneliti mengungkap bahwa ada lonjakan aktivitas otak pada saat kematian. Temuan ini sebenarnya sudah diungkapkan dalam berbagai penelitian sebelumnya pada hewan. 

"Kami menduga bahwa [lonjakan itu] mungkin mewakili korelasi saraf dari kesadaran yang berpotensi menghubungkan pengalaman subjektif orang-orang yang selamat dari serangan jantung,” kata Jimo Borjigin, salah satu penulis makalah dari, profesor di Department of Molecular and Integrative Physiology, University of Michigan.

Xu dan tim mempelajari aktivitas otak empat orang yang meninggal dunia di rumah sakit saat dipantau alat elektrogam. Mereka mendapati bahwa aktivitas otak terdeteksi di sekitar persimpangan temporoparietal.

Tempat itu adalah persimpangan antara lobus temporal, parietal, dan oksipital di bagian belakang otak. Persimpangan temporoparietal berhubungan dengan mimpi, halusinasi, dan perubahan kondisi kesadaran.

Sam Parnia, dokter dan peneliti Stony Brook University Hospital, menyebutkan bahwa kesadaran manusia tidak hilang, bahkan selama beberapa jam setelah kematian. Pasalnya, kematian hanya ditandai dengan berhentinya aktivitas otak dan denyut jantung secara medis. Masih ada bagian dari tubuh kita yang masih hidup: sel.

"...jika aku mati saat ini juga, sel-sel di dalam tubuhku belum akan mati. Butuh waktu bagi sel untuk mati setelah kekurangan oksigen. Hal ini tidak terjadi secara instan. Kami memiliki jangka waktu yang lebih lama daripada yang diperkirakan orang," jelasnya di Wired.