Kisah Penyelamatan Tiga Pelaut di Pulau Terpencil Samudra Pasifik

By Utomo Priyambodo, Selasa, 16 April 2024 | 12:34 WIB
Kisah ketangguhan dan kecerdikan tiga pelaut yang terdampar di pulau kecil terpencil Samudra Pasifik ini sempat viral dalam beberapa hari terakhir. (U.S. Coast Guard)

Nationalgeographic.co.id—Kisah ketangguhan dan kecerdikan tiga orang pelaut ini sempat viral dalam beberapa hari terakhir. Kisah ini bermula ketika tiga pelaut itu terdampar di sebuah pulau kecil terpencil di Samudra Pasifik.

Setelah terdampar di sebuah pulau kecil di Mikronesia selama lebih dari seminggu, tiga pelaut ini membuat tanda “HELP” dari daun palem. Alhasil, mereka berhasil diselamatkan dalam misi gabungan antara Penjaga Pantai dan Angkatan Laut AS.

Tim penyelamat tersebut bergerak setelah mendapat laporan dari kerabat ketiga pelaut itu. Pada 6 April 2024, Sub-Pusat Penyelamatan Gabungan (JRSC) Penjaga Pantai di Guam menerima telepon dari seseorang yang melaporkan bahwa tiga paman pelapor hilang.

Ternyata, tiga paman atau tiga pelaut itu mulanya hendak melakukan perjalanan memancing pada Minggu Paskah. Mereka berangkat dari Atol Polowat menuju perairan sekitar Pulau Pikelot.

Namun nahas perahu mereka tiba-tiba rusak. Kerusakan perahu itu memaksa mereka untuk tinggal 9 hari di sebidang tanah kecil tak berpenghuni di Samudra Pasifik ini.

Ketiganya memiliki pengalaman bernavigasi di kawasan tersebut. Namun perahu yang mereka gunakan rusak hingga mesinnya tidak berfungsi lagi.

Mereka berhasil mendarat di pulau tersebut. Smithsonian Magazine melaporkan bahwa mereka memanfaatkan kelapa segar dan sumur kecil berisi air tawar untuk tetap mendapatkan makanan dan cairan.

Meskipun kelapa mungkin lezat, para lelaki tersebut jelas tidak mau tinggal di Pulau Pikelot selamanya. Pulau kecil yang sepi dan menyendiri. Kecil dan terpencil.

Pulau Pikelot, pulau kecil terpencil di Mikronesia, Samudra Pasifik. (United States Air Force)

Jadi, mereka menggunakan daun palem untuk menyusun kata “HELP” di pantai. Apakah ide itu muncul karena lagu dari Moana itu terngiang-ngiang di kepala mereka atau tidak, yang jelas itu adalah kunci bagi tim penyelamat untuk menemukan tiga pelaut yang terdampar tersebut.

Setelah menerima telepon dari kerabat mereka, JRSC mulai mengoordinasikan operasi pencarian dan penyelamatan. Itu bukanlah misi yang paling sederhana untuk dilakukan.

Ketersediaan pesawat, komitmen operasional, dan kondisi cuaca merupakan kendala pada awalnya. Area pencarian awal juga mencakup lebih dari 78.000 mil laut persegi.

Namun, berkat tanda “HELP” yang berguna, pesawat Angkatan Laut berhasil melihat para pelaut di pulau itu pada tanggal 7 April.

“Sebagai bukti luar biasa atas keinginan mereka untuk ditemukan, para pelaut mengeja kata 'HELP' di pantai dengan menggunakan daun palem, yang merupakan faktor penting dalam penemuan mereka. Tindakan kecerdikan ini sangat penting dalam memandu upaya penyelamatan langsung ke lokasi mereka,” Ujar Letnan Chelsea Garcia, yang mengoordinasikan misi penyelamatan di lokasi tersebut, dalam sebuah pernyataan.

Setelah mengerahkan paket penyelamatan, radio untuk berkomunikasi, dan memastikan bahwa semua orang dalam keadaan sehat, Kapal Penjaga Pantai AS Oliver Henry berhasil menyelamatkan ketiganya pada pagi hari tanggal 9 April dan membawa mereka kembali ke Atol Polowat.

Ini bukan pertama kalinya pelaut yang hilang ditemukan dengan cara seperti itu – dan di pulau yang sama. Pada tahun 2020 lalu, tiga pelaut (tiga orang lainnya) yang terdampar di Pulau Pikelot terlihat dan diselamatkan oleh Garda Nasional AS setelah mengukir kata “SOS” di pasir.