Mekarnya 'Amorphophallus titanum', Merayakan 172 Tahun Kebun Raya Cibodas

By Mahandis Yoanata Thamrin, Sabtu, 20 April 2024 | 08:29 WIB
Bunga bangkai koleksi Kebun Raya Cibodas kembali mekar, kado terindah untuk 172 tahun kebun raya ini. Koleksi bunga bangkai di Kebun Raya Cibodas ini berasal dari Sungai Manau, Batang Suliti, Kawasan Nasional Kerinci Seblat, Sumatera Barat. Warna bunga bangkai sangat indah dengan panorama merah hati yang pekat, walaupun mengeluarkan bau tak sedap ketika mekar sempurna bunga bangkai ini sangat cantik dan memesona. General Manager Kebun Raya Cibodas, Joko Sulistio, mengatakan mekarnya bunga bangkai di penghujung bulan April ini menjadi salah satu kado ulang tahun Kebun Raya Cibodas yang dirayakan pada 11 April silam. (KEBUN RAYA/BRIN)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah kado terindah dari semesta. Sepekan setelah Kebun Raya Cibodas merayakan hari jadinya yang ke-172 tahun, salah satu koleksi bunga bangkainya mekar. Peristiwa mekarnya bunga bangkai ini merupakan kali ketiganya individu tanaman tersebut berbunga. Sebelumnya, ia berbunga pada 2016 dan 2020.

Bunga yang mekar kali ini merupakan hasil semaian biji yang ditanam pada 2004. Biji tersebut berasal dari induk tanaman yang berasal dari Sungai Manau, Batang Suliti, Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatra Barat, yang dikoleksi oleh Alm. R. Subekti Purwantoro, dkk.

Mengidentifikasikan bunga bangkai sebagai suatu bunga sebenarnya adalah suatu misnomer. Bunga bangkai sendiri terdiri dari beberapa bunga yang berkumpul di pangkal tangkai (spadix), dan tersembunyi di balik selubung merah marun di dasarnya (spatha).

Bunga bangkai yang memiiki nama ilmiah Amorphophallus titanum Becc yang mekar saat ini merupakan koleksi Kebun Raya Cibodas dengan nomor koleksi 76. Tumbuhan ini termasuk dalam kategori spesies terancam punah berdasarkan klasifikasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) tahun 2018 dan keberadaannya dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999.

Namun, bunga yang dapat tumbuh hingga enam meter ini sering tertukar dengan bunga Rafflesia arnoldi yang juga merupakan tanaman endemik Indonesia yang sama-sama berbau busuk.

Bunga bangkai ini telah mekar untuk ketiga kalinya; berturut-turut 2016, 2020, dan 2024. Tinggi spadik 310,5 sentimeter dan diameter spatanya 161 sentimeter, lebih tinggi dibandingkan periode mekar sebelumnya. (KEBUN RAYA/BRIN)

Sebenarnya, perbedaan keduanya sangat nyata. Jika berbicara tentang Rafflesia, ia adalah bunga terbesar di dunia. Namun, Rafflesia adalah tanaman parasit yang tidak memiliki batang, daun dan akar. Rafflesia hidup menumpang pada tanaman inang bernama tetrastigma. Apabila tanaman tersebut mati, maka Rafflesia juga mengalami nasib yang sama. Sementara, Amorphophallus mempunyai umbi dan hidup sendiri. Ia memiliki batang, daun dan bunga sendiri juga.

Nama Amorphophallus diberikan karena bentuk bunganya yang seperti penis rusak. Diambil dari bahasa Yunani, amorphos berarti tidak berbentuk, dan phallos merupakan alat kelamin laki-laki (penis). Sementara, titan artinya besar.

Tanaman yang termasuk keluarga Araceae (talas-talasan) ini merupakan tanaman asli Indonesia yang endemik dari Sumatera. Tanaman ini pertama kali ditemukan oleh Odoardo Beccari pada tahun 1878 di sekitar air terjun Lembah Anai, Sumatera Barat.

Amorphophallus titanum juga memiliki keunikan tersendiri yaitu selain memiliki aroma yang khas seperti bau bangkai juga mempunyai perbungaan terbesar di dunia atau disebut sebagai the giant inflorescent in the world

Bunga ini memang berbau tak sedap seperti daging busuk. Serangga akan masuk ke dalam bunga karena tertarik dengan bau busuk dan juga panas yang dihasilkan bunga—membuatnya semakin mirip dengan daging busuk untuk serangga. Demikianlah, bunga bangkai akan mendapat keuntungan dari serangga yang tertarik akan baunya tersebut: mereka akan membantu penyerbukan sang bunga.

Setelah berada di dalam bunga, sang serangga akan terselimuti dengan serbuk, yang akan mereka sebarkan di tempat lain setelah mereka terbang ke luar.