Tokoh Penting Dinasti Ming yang Membentuk Sejarah Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Rabu, 24 April 2024 | 07:00 WIB
Sepanjang sejarahnya yang kaya dan beragam, Kekaisaran Tiongkok berkembang pesat di masa pemerintahan Dinasti Ming. Ada beberapa tokoh penting yang berjasa selama masa pemerintahan Dinasti Ming. Siapa sajakah mereka? (Public Domain)

Namun, terlepas dari upaya amalnya, Kaisar Hongwu tidak suka jika permaisurinya memiliki begitu banyak kendali. Ia menetapkan peraturan yang melarang permaisuri dan selir terlibat dalam urusan kekaisaran. Kaisar Hongwu juga melarang perempuan yang berpangkat di bawah permaisuri meninggalkan istana tanpa pengawasan.

Permaisuri Ma hanya membalasnya dengan mengatakan, “Jika kaisar adalah bapak rakyat, maka permaisuri adalah ibu mereka. Lalu bagaimana mungkin Ibu mereka berhenti memperhatikan kenyamanan anak-anaknya?”

Permaisuri Ma terus hidup beramal. Ia bahkan menyediakan selimut bagi masyarakat miskin yang tidak mampu. Sementara itu, ia terus memakai pakaian bekas. Ia meninggal pada tanggal 23 September 1382, dalam usia 50 tahun. Tanpa pengaruhnya, kemungkinan besar Kaisar Hongwu akan menjadi jauh lebih radikal. Dan perubahan sosial pada awal periode Ming tidak akan terjadi.

Kaisar Chongzhen: kaisar terakhir Dinasti Ming

Kaisar Chongzhen muncul dalam daftar ini karena ia adalah kaisar terakhir dari 17 Kaisar Ming. Kematiannya (karena bunuh diri) mengawali era Dinasti Qing, yang memerintah Tiongkok dari tahun 1644 hingga 1912.

Ia dilahirkan sebagai Zhu Youjian pada tanggal 6 Februari 1611 dan merupakan adik dari pendahulunya, Kaisar Tianqui. Ia merupakan putra Kaisar Taichang. Sayangnya bagi Zhu, kedua pendahulunya telah menyaksikan kemunduran Dinasti Ming yang terus-menerus. Pemberontakan di utara dan krisis ekonomi, pada akhirnya membuat kaisar terakhir Dinasti Ming ini berada dalam posisi yang sulit.

Setelah kakak laki-lakinya meninggal dalam ledakan misterius di Beijing, Zhu naik takhta sebagai Kaisar Chongzhen pada tanggal 2 Oktober 1627. Saat itu ia berusia 16 tahun.

Kaisar Chongzhen dari dinasti Ming memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. (Public domain)

Ia berusaha memperlambat kemerosotan Dinasti Ming yang tak terhindarkan. Namun perbendaharaan yang kosong tidak membantu ketika mereka harus mencari menteri-menteri pemerintah yang cocok dan berpengalaman.

Kaisar Chongzhen juga dilaporkan curiga terhadap bawahannya, dan mengeksekusi puluhan komandan lapangan. Termasuk Jenderal Yuan Chonghuan yang berhasil memimpin pertempuran pertahanan melawan Manchu.

Kaisar Chongzhen juga harus menghadapi pemberontakan petani karena buruknya panen yang mengakibatkan kelaparan penduduk. Sepanjang tahun 1630-an pemberontakan ini meningkat. Kebencian terhadap Kaisar Chongzhen semakin meningkat, yang berpuncak pada kekuatan pemberontak dari utara yang semakin mendekati Beijing.

Para pembela Beijing sebagian besar adalah tentara tua dan lemah. Mereka mengalami kekurangan gizi parah karena para kasim yang mengawasi penyediaan makanan mereka tidak melakukan tugasnya dengan baik.

Pada bulan Februari dan Maret 1644, Kaisar Chongzhen menolak proposal untuk memindahkan ibu kota Ming kembali ke selatan ke Nanjing. Pada tanggal 23 April 1644, Beijing mendapat kabar bahwa para pemberontak hampir merebut kota tersebut. Dan 2 hari kemudian Kaisar Chongzhen melakukan bunuh diri.

Ada Dinasti Shun yang berumur sangat pendek dan mengambil alih kekuasaan dalam waktu singkat setelah itu. Namun mereka segera disingkirkan oleh pemberontak Manchu setahun kemudian, yang kemudian menjadi Dinasti Qing.

Karena penolakan Kaisar Chongzhen untuk memindahkan ibu kota ke selatan, Qing memiliki ibu kota yang sebagian besar masih utuh dan menjalankan pemerintahan mereka. Pada akhirnya, ini adalah akhir yang menyedihkan bagi Dinasti Ming yang berusia 276 tahun.