Kehidupan Perempuan Romawi Kuno, Lumrah Menikah Pada Usia 12 Tahun

By Ricky Jenihansen, Selasa, 23 April 2024 | 09:00 WIB
Para gadis Romawi kuno lumrah menikah pada usia 12 tahun dan hamil pada usia 15 tahun. (The Board of Trustees of the Science Museum, London)

Soranus dalam Buku I risalahnya mencatat betapa tidak masuk akalnya menanyakan tentang garis keturunan atau kekayaan yang luar biasa dari seorang calon istri.

Sementara tidak memeriksa apakah gadis tersebut akan dapat hamil atau tidak dan apakah dia layak untuk melahirkan anak atau tidak.

Dia memberikan penjelasan tentang apa yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan terhadap kemampuan seorang gadis.

Ketika gadis-gadis yang masih sangat muda mengalami kesulitan serius selama kehamilan, Soranus menyarankan penghentian kehamilan untuk mencegah bahaya lebih lanjut.

Dalam masyarakat Romawi, tidak semua orang benar-benar menginginkan sebuah keluarga, dan sebagian lainnya mungkin ingin membatasi jumlah anak dalam keluarga mereka.

Pada zaman itu, kehamilan diukur dalam kalender bulan dan bayi dilahirkan pada bulan kesepuluh kalender bulan.

Bidan hadir selama persalinan. Sementara laki-laki tidak hadir saat melahirkan kecuali diperlukan dokter jika ibu berstatus tinggi.

Soranus menggambarkan bidan ideal adalah bidan yang bebas dari takhayul, berkompeten tinggi dan melek huruf sehingga bisa berpengetahuan.

Risalahnya diilustrasikan dengan skema untuk kepentingan profesi medis dan bidan, menunjukkan gambaran janin dalam kandungan dan merinci perawatan obstetri.

Keluarga yang lebih mampu, mampu membayar bidan yang terlatih sesuai dengan pelayanan obstetrik profesional.

Bidan secara rutin menghadapi persalinan yang rumit seperti pergantian janin. Soranus telah berhasil bereksperimen dengan prosedur ini dan menjelaskannya bersama dengan prosedur lain di Buku IV, yang dikhususkan untuk kesulitan melahirkan.

Sementara keluarga-keluarga miskin, mungkin tidak memiliki bidan yang begitu ahli. Namun, mereka mungkin mempunyai anggota keluarga yang membantu proses persalinan.

Keluarga-keluarga ini mungkin juga lebih banyak menggunakan obat tradisional Pliny saat melahirkan dalam upaya menghilangkan rasa sakit dan mempercepat persalinan.

Resep yang disarankan antara lain minuman yang ditaburi bubuk kotoran babi atau air yang dicampur air mani angsa.

Meskipun resep-resep ini mungkin tidak bermanfaat secara medis, efek plasebo mungkin efektif dalam memberikan kenyamanan.