Nationalgeographic.co.id—Di Gua Perenang di Wadi Sura di Gilf Kebir, di sudut barat daya Mesir, terdapat lukisan gua berusia 8.000 tahun. Lukisan tersebut menggambarkan manusia sedang berenang.
Penggambaran seni cadas kuno ini adalah salah satu representasi berenang paling awal yang diketahui. Meski sudah ada sejak ribuan tahun lalu, tidak semua orang bisa berenang. Dalam sejarah manusia, sebagian pelaut Eropa di abad ke-19 justru tidak bisa berenang. Apa sebabnya?
Catatan awal tentang berenang
Meskipun pengembara Bedouin sudah lama mengenal pahatan batu ini, dunia Barat pertama kali menyadari keberadaan pahatan tersebut pada 1933. Saat itu pembuat peta gurun dan penjelajah Laszlo Almasy menemukannya selama penjelajahannya. Karya seni kuno ini memberikan wawasan berharga tentang praktik budaya dan ekspresi artistik masyarakat prasejarah.
“Menurut catatan sejarah, manusia paling awal belajar berenang sendiri lebih dari 100.000 tahun yang lalu,” tulis Conny Waters di laman Ancient Pages. Di masa itu, aktivitas renang didorong oleh kebutuhan untuk memperoleh makanan dan untuk tujuan rekreasi.
Bukti menunjukkan bahwa Neanderthal yang tinggal di Italia sekitar 100.000 tahun yang lalu adalah perenang yang mahir. Tulang telinga mereka menunjukkan bahwa mereka menderita kondisi yang dikenal sebagai “telinga perenang”. Telinga perenang adalah infeksi saluran telinga luar yang membentang dari gendang telinga ke bagian luar kepala. Air yang mengendap di dalam telinga menciptakan lingkungan lembap, sehingga bakteri mudah tumbuh di dalamnya.
Neanderthal di Italia kemungkinan besar karena menyelam sedalam 3-4 meter untuk mengambil kulit kerang, yang kemudian dibentuk menjadi perkakas. Kemampuan berenang dan menyelam yang luar biasa ini menunjukkan kecerdikan dan kemampuan beradaptasi.
Sejarah manusia: pelaut Eropa di abad ke-19 tidak bisa berenang
Oleh karena itu, agak mengejutkan mengetahui bahwa hingga abad ke-19, ketidakmampuan pelaut Eropa untuk berenang tersebar luas. Orang-orang malang yang terjatuh ke laut menghadapi nasib buruk, karena mereka tidak memiliki keterampilan penting untuk tetap bertahan.
Bahkan perwira angkatan laut Inggris terkenal James Cook tidak bisa berenang. Padahal ia menghabiskan sebagian besar hidupnya mengarungi lautan di dunia pada tahun 1700-an, tidak bisa berenang. Kurangnya kemampuan berenang itu tidak hanya dialami oleh Cook saja. Ketidakmampuan itu menjadi ciri umum di kalangan pelaut Eropa hingga tahun 1800-an. Fakta sejarah ini menyoroti perbedaan yang mencolok antara gaya hidup pelaut dan tidak adanya keterampilan dasar untuk bertahan hidup.
Sejarawan budaya olahraga Richard Mandell memberikan perspektif informatif tentang kemampuan berenang pada masa kolonial. Menurut penelitiannya, sebagian besar orang Barat pada masa itu kurang memiliki kemampuan berenang.
Jika mereka memperoleh kemahiran berenang, itu terbatas pada teknik dasar kayuh anjing. Teknik ini biasa digunakan untuk keadaan darurat di mana mereka perlu menyelamatkan diri dari tenggelam.
Alasan mengapa pelaut Eropa tidak bisa berenang
Salah satu alasan penting mengapa para pelaut Eropa tidak bisa berenang adalah keyakinan bahwa berenang itu tidak sehat. Banyak dokter Eropa di masa lalu menyarankan untuk tidak berenang.
Pasalnya, mereka percaya bahwa berendam di air akan mengganggu keseimbangan cairan tubuh. Hal tersebut bisa menyebabkan berkembangnya penyakit seperti penyakit pes, kolera, dan cacar, yang menghancurkan Eropa pada saat itu.
Keyakinan ini berasal dari teori medis yang berlaku saat itu. Keyakinan tersebut menyatakan bahwa kesehatan tubuh bergantung pada pemeliharaan keseimbangan empat cairan: darah, dahak, empedu kuning, dan empedu hitam. Membenamkan diri ke dalam air dianggap mengganggu keseimbangan yang rapuh ini, sehingga berpotensi menyebabkan penyakit.
Banyak orang Eropa abad pertengahan percaya bahwa air dapat menyebarkan infeksi dan berpotensi menyebabkan epidemi. Mengutip dari laman Wonders and Marvels, “Pelaut Eropa dan Inggris takut dengan dinginnya Atlantik. Banyak pelaut datang dari daerah yang terkurung daratan. Mereka menganggap berendam di air hanya akan membawa penyakit atau kematian.”
Penulis Inggris George Borrow juga mencatat bahwa berenang dianggap tidak cocok untuk individu terhormat. "Untuk berenang seseorang harus telanjang. Dan seperti apa rupa orang mulia tanpa pakaiannya?" Persepsi budaya ini berkontribusi pada kurangnya keterampilan berenang para pelaut Eropa di masa lalu.
Berenang dipandang skeptis, khususnya di Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan angkatan laut lainnya. Ada anggapan bahwa mengajari pelaut berenang berpotensi menimbulkan sifat pengecut.
Alasan adalah bahwa selama pertempuran, pelaut yang tahu cara berenang mungkin tergoda untuk melompat ke laut. Ia akan meninggalkan kapal alih-alih tetap berada di kapal dan berperang. Akibatnya, angkatan laut lebih memilih awaknya tidak bisa berenang. Hal ini dianggap mendorong mereka untuk tetap tinggal dan mempertahankan kapal daripada mencari keselamatan di dalam air.
Beberapa pelaut juga takut dengan air dan makhluk laut yang nyata dan khayalan.
Ada juga yang bisa berenang
Namun beberapa pelaut awal terkenal sebagai perenang yang baik. Dalam narasi kehidupan ayahnya, putra Christopher Columbus melaporkan bahwa ayahnya telah melompat dari kapal yang terbakar selama pertempuran laut. Colombus dilaporkan berenang beberapa kilometer ke pantai. Sementara sebagian besar temannya, karena tidak bisa berenang, meninggal di kapal atau di dalam air.