Toyota Eco Youth Hadir Lagi, Peluang Anak Muda untuk Berdampak dan Berprestasi

By Utomo Priyambodo, Minggu, 28 April 2024 | 09:58 WIB
Juara 1 Toyota Eco Youth ke-12 yang berlangsung pada tahun sebelumnya. Siswa-siswi SMA Negeri Bali Mandara ini mengembangkan inovasi untuk membuat bahan bakar alternatif dari tanaman sorgum. (Afkar Aristoteles Mukhaer/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id—Kabar gembira, Toyota Eco Youth (TEY) hadir kembali tahun ini. Lomba inovasi bertema lingkungan ini mengajak pelajar SMA dan sederajat untuk berperan aktif dalam penyelamatan lingkungan. Kalau kalian ingin memberi dampak baik ke lingkungan sekaligus berprestasi, kalian dan sekolah kalian wajib ikutan acara seru ini.

Mengusung tema EcoActivism dengan fokus pada "dekarbonisasi", TEY 2024 mengajak pelajar SMA sederajat untuk ikut serta dalam mencari solusi dan inovasi pengurangan karbon yang berdampak ke lingkungan dan berpengaruh terhadap komunitas di sekitarnya.

Unsur utama dari TEY kali ini adalah gerakan (movement) kaum muda untuk penyelamatan lingkungan dengan target utama untuk lingkungan lebih baik dan berdampak ke sekitar.

Aksi dan gerakan untuk peduli pada iklim telah diusung oleh banyak anak muda di seluruh dunia. Di Swedia, ada Greta Thunberg, seorang remaja perempuan yang sejak musim panas 2018 (saat itu usianya masih 15 tahun) hingga saat ini secara konsisten terus melakukan protes dan advokasi perubahan iklim di forum-forum dunia.

Perjuangan Thurnberg bermula dari aksinya turun ke jalan hingga kemudian ke forum dunia. Thunberg menyentak dunia dengan pernyataan-pernyataannya yang tajam, singkat, dan langsung menghujam ke inti persoalan: keadilan iklim. Ia marah karena generasinya pada dekade mendatang memperoleh ketidakadilan iklim akibat ulah generasi sekarang.

Aksi Thurnberg telah menginspirasi anak-anak muda di berbagai belahan dunia lainnya untuk menggelar aksi serupa. Makin banyak remaja dan anak muda yang sadar dan peduli akan krisis iklim, makin banyak pula keluarganya yang ikut peduli terhadap lingkungan.

Di Indonesia, ada Aeshnina Azzahra Aqilani alias Nina. Aktivis cilik berusia 16 tahun asal Gresik, Jawa Timur, itu juga mendapat perhatian dunia berkat aksi kepeduliannya terhadap lingkungan.

Sejak tiga tahun lalu nama Nina telah mulai mendunia. Dia usia 14 tahun dia menjadi pembicara di forum Plastic Health Summit 2021 yang digelar di Amsterdam, Belanda.

SMAN 20 Surabaya menampilkan hasil karya implementasi ide mereka dalam kompetisi Toyota Eco Youth. Lomba inovasi bertema lingkungan ini mengajak pelajar SMA dan sederajat untuk berperan aktif dalam penyelamatan lingkungan. (Hendi/HAI)
Remaja berperawakan mungil ini memiliki tekad besar untuk menyelamatkan dunia dari permasalahan sampah plastik. Tak hanya ke Belanda, Nina juga sempat datang ke Inggris bersama pelaksana COP26 atau United Nations Climate Change Conference (Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021). Di sana, Nina dan rombongan juga menyuarakan aksi protes penolakan kemasan saset.

Pada 21 April 2024 Nina berkesempatan untuk mengikuti March To End Plastic Era di Ottawa, Kanada.

Dia membawa gebrakan di konferensi lingkungan di Kanada. Mewakili River Warrior Indonesia (Riverin) dan BreakFree From Plastic, Nina menyuarakan keprihatinannya terhadap krisis sampah plastik dan mendesak negara maju untuk menghentikan ekspor sampah ke Indonesia.

Nina tak gentar menyampaikan keresahannya kepada para pemimpin negara, termasuk Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada, Steven Guilbeault. Ia mengungkapkan bahaya sampah plastik Kanada yang diolah menjadi bahan bakar makanan, membahayakan kesehatan.

Usaha Nina selama bertahun-tahun tak sia-sia. Berkat aksinya, Amerika Serikat menurunkan ekspor sampah plastik mereka hingga 50 persen! Kali ini Nina berharap Kanada pun mengikuti langkah ini dan menghentikan pengiriman sampah ke Indonesia dan negara-negara ASEAN.