Berdirinya Baghdad pada tahun 762 M diprakarsai oleh Al-Mansur, khalifah kedua Dinasti Abbasiyah.
Puncak keemasannya tercapai di masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809), di mana Baghdad menjelma menjadi kota terkaya dan terdepan di bidang seni, ilmu pengetahuan, dan peradaban.
Kisah Seribu Satu Malam menjadi bukti nyata kehebatan Baghdad. Cerita-ceritanya menggambarkan kekayaan, kemajuan teknologi, dan keberagaman budaya yang menyelimuti kota ini
Menurut Yaqubi, sejarawan dan ahli geografi abad ke-9, Baghdad pada masa itu menjadi salah satu kota paling maju dan dianggap sebagai pusat dunia bagi para ilmuwan, cendekiawan, pemusik, sejarawan, ahli hukum, dan filsuf.
Peradaban Baghdad yang gemilang ini bahkan menginspirasi bangsa Eropa yang saat itu tengah mengalami masa kegelapan ilmu pengetahuan, yang dikenal sebagai Abad Pertengahan.
Kemajuan dan kemegahan Baghdad di masa lampau tersebutlah yang kemudian melahirkan julukan "Negeri 1001 Malam" yang banyak disebut dalam Kisah Seribu Satu Malam.
Melalui kisah-kisah magisnya, Kisah Seribu Satu Malam telah mengantarkan Baghdad menjadi legenda abadi, sebuah kota yang tak lekang oleh waktu.
Julukan "Kota Seribu Satu Malam" menjadi pengingat akan kemegahan Baghdad di masa lampau, sebuah peradaban yang tak hanya kaya akan budaya dan ilmu pengetahuan, tetapi juga menginspirasi kemajuan dunia.
Kini, Baghdad masih menyimpan jejak-jejak kejayaannya, mengundang para penjelajah untuk menyelami kisah-kisah magis dan merasakan atmosfer kota yang pernah menjadi pusat peradaban dunia tersebut.
Baca Juga: Mengapa Ibn al-Haytham Dijuluki 'Alhazen' oleh Bangsa Barat?