Manchu, penguasa “asing” yang memimpin Kekaisaran Tiongkok
Dengan nama etnik "Jurchen", suku Manchu mendirikan Dinasti Jin yang muncul kemudian pada tahun 1115 hingga 1234. Namun mereka berbeda dengan Dinasti Jin yang pertama muncul pada tahun 265 hingga 420.
Dinasti Jin bersaing dengan Dinasti Liao untuk menguasai Manchuria dan wilayah lain di Tiongkok. Dinasti ini kemudian jatuh ke tangan bangsa Mongol pada tahun 1234.
Namun, Manchu pun bangkit kembali. Pada bulan April 1644, pemberontak Han Tiongkok menjarah ibu kota Dinasti Ming di Beijing. Seorang jenderal Ming mengundang tentara Manchu untuk bergabung untuk merebut kembali ibu kota tersebut.
Manchu dengan senang hati menurutinya tetapi tidak mengembalikan ibu kota ke kendali Han. Sebaliknya, Manchu mengumumkan bahwa Mandat Surga telah berada di tangan mereka.
Manchu mengangkat Pangeran Fulin sebagai Kaisar Shunzhi dari Dinasti Qing yang baru dari tahun 1644 hingga 1911. Dinasti Manchu memerintah Kekaisaran Tiongkok selama lebih dari 250 tahun dan akan menjadi kekaisaran terakhir dalam sejarah Tiongkok.
Perdebatan seputar asal-usul nama Manchu
Asal-usul nama "Manchuria" kerap menjadi kontroversial. Nama ini berasal dari adopsi nama Jepang "Manshu". Nama tersebut digunakan bangsa Jepang pada abad ke-19. Kekaisaran Jepang ingin membebaskan wilayah itu dari pengaruh Tiongkok. Akhirnya, pada awal abad ke-20, Kekaisaran Jepang langsung mencaplok wilayah tersebut.
Orang-orang Manchu sendiri, serta orang-orang Tiongkok, tidak menggunakan istilah ini. Konon kata Manchu ini dianggap problematis, mengingat hubungannya dengan imperialisme Jepang. Sumber-sumber Tiongkok umumnya menyebutnya "Timur Laut" atau "Tiga Provinsi Timur Laut".
Secara historis, tempat ini juga dikenal sebagai Guandong, yang berarti "celah sebelah timur". Meskipun demikian, Manchuria masih dianggap sebagai nama standar untuk Tiongkok timur laut dalam bahasa Inggris.
Hong Taiji atau Kaisar Taizong dari Dinasti Qing, melarang penggunaan nama Jurchen pada tahun 1636. Namun, para ahli tidak yakin apakah ia memilih nama Manchu untuk menghormati ayahnya Nurhachi. Konon Nurhachi percaya bahwa dirinya adalah reinkarnasi dari bodhisattva kebijaksanaan Manjushri.
Saat ini terdapat lebih dari 10 juta etnis Manchu di Republik Rakyat Tiongkok. Namun, hanya segelintir orang lanjut usia di pelosok Manchuria (timur laut Tiongkok) yang masih bisa berbahasa Manchu.
Dengan runtuhnya Dinasti Ming, Suku Manchu membangun dinasti baru yang membawa Kekasiaran Tiongkok ke era baru. Pengaruh mereka masih terasa hingga saat ini, dan kisah mereka menjadi pengingat akan kekuatan tekad dan strategi dalam mencapai tujuan.