Kuil gua di Dambulla dibangun pada abad ke-1 SM pada masa pemerintahan Raja Valagamba. Pada tahun 103 SM, setelah hanya lima bulan bertakhta, raja digulingkan oleh penjajah Tamil dan terpaksa bersembunyi selama 14 tahun. Selama persembunyian, dia mencari perlindungan di gua-gua di Dambulla.
Baca Juga: Black Panther yang Langka Kembali Ditemukan di Sri Lanka
Setelah berhasil mendapatkan kembali takhtanya, Valagamba memerintahkan pembangunan kuil di gua-gua yang menjadi tempat berlindungnya. Apa yang dulunya merupakan sebuah ruang besar yang luas, dibagi oleh partisi buatan manusia untuk membuat lima gua terpisah.
Selama berabad-abad, penguasa berturut-turut telah menghiasi, merombak, dan memulihkan kuil-kuil tersebut. Sebagian besar dari hasil renovasi itu yang dapat dilihat saat ini berasal dari abad ke-17 dan ke-18. Candi-candi tersebut berisi patung-patung yang diukir dari batu padat. Lusinan Buddha berbaring, duduk, dan berdiri; dan dindingnya dihiasi mural warna-warni.
Sigiriya
Sigiriya adalah ibu kota abad pertengahan yang paling singkat namun paling luar biasa dalam sejarah Sri Lanka. Sigiriya pernah digunakan oleh para biksu sebagai tempat perlindungan keagamaan sejak abad ke-3 SM. Namun sekitar 700 tahun kemudian Sigiriya menjadi tempat yang sangat penting dalam sejarah Sri Lanka.
Pembangunan benteng ini berlangsung cepat dan terjadi dalam keadaan yang dramatis. Kassapa, putra bungsu Raja Dhatusena, mengasingkan pewaris takhta (Mogallana) ke India. Kassapa juga membunuh ayahnya dalam upaya untuk mengeklaim kerajaan untuk dirinya sendiri.
Khawatir akan pembalasan dari saudaranya, Mogallana, Kassapa membangun istana dan benteng baru di atas batu Sigiriya. Batu tersebut menjulang 200 meter di atas hutan sekitarnya, sekitar 50km tenggara Anuradhapura. Sebuah kota baru dibangun di sekitar dasar batu hanya dalam waktu 7 tahun.
Pada tahun 491 M, Mogallana kembali untuk merebut kembali takhta. Kassapa melakukan kesalahan fatal dengan meninggalkan bentengnya yang tidak bisa ditembus untuk menemui pasukan penyerang di dataran di bawah.
Di puncak pertempuran, gajahnya melarikan diri, membiarkan Kassapa tanpa perlindungan. Ia pun ditangkap dan dikalahkan ketika pasukannya mundur.