Memahami Fenomena Aurora dan Jenisnya, si Cantik dari Antariksa

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 25 Mei 2024 | 16:05 WIB
Aurora borealis di Southampton, Inggris. Kemunculan di cantik dari antariksa ini berkaitan badai geomagnet ekstrem. (Anonim via BRIN)

Gangguan di ionosfer ini kemudian terkonfirmasi dari data pengamatan ionosfer dari Stasiun Observasi Atmosfer dan Antariksa Pontianak, pada tanggal 12 dan 13 Mei 2024 menunjukan adanya badai ionosfer yang diinformasikan di SWIFtS.

“Masih ada kemungkinan badai ekstrem seperti ini berulang lagi pada siklus Matahari 25 yang puncak aktivitasnya belum terlewati,” ungkap Rhorom.

Ada dua jenis aurora yaitu aurora borealis dan aurora australis. (AstroAnthony/Wikimedia Commons)

Jenis Aurora

Di Bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar Kutub Utara dan Kutub Selatan. Aurora yang ada di langit bagian Kutub Selatan disebut aurora australis, sedangkan aurora yang ada di langit bagian Kutub Utara disebut aurora borealis.

Aurora yang terlihat di Southampton pada Sabtu (11/5) merupakan aurora borealis yang juga dapat dilihat di Eropa tengah-utara hingga Amerika utara. Pada saat yang sama, aurora australis juga muncul dengan intensitas yang lebih rendah.

Aurora tak muncul di langit Indonesia dikarenakan medan magnet Bumi berbentuk menyerupai apel, yakni tebal di daerah ekuator. Maka dari itu, menimbang posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, amat sulit bagi partikel surya untuk menembus masuk ke atmosfer dan memunculkan aurora di atas Indonesia.

“Kemunculan aurora di daerah sekitar 50 derajat lintang utara tidak sering terjadi. Badai geomagnet ekstrem pasti ada di baliknya," papar Rhorom.

"Meski tampak indah, kemunculan aurora juga berarti ancaman bagi operasional satelit maupun jaringan transmisi listrik di lintang tinggi. Hal ini perlu diwaspadai dan diantisipasi dengan saksama."