Kisah Pemuda Penjaga Gurano Bintang, Raksasa Hiu Paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih

By National Geographic Indonesia, Jumat, 5 Juli 2024 | 12:00 WIB
Markus Apaseray (29) memamerkan perangkat GPS yang akan dipasang pada hiu paus di Teluk Cenderawasih. Perangkat ini diadakan oleh PIS, demi pemantauan lebih optimal. (Ricky Martin / National Geographic Indonesia )

"Tujuan kita ini tujuan jangka pendeknya, [supaya] kita bisa tahu jalur hidup hiu paus ini ke mana berenangnya, dan kita akan menyatukan dengan data kapal kita, agar kapal kita yang berlayar tidak mengganggu jalur migrasi hiu paus."

Tidak berhenti di situ saja, PIS berkomitmen jangka panjang untuk meningkatkan kualitas konservasi dan ekowisata TNTC. PIS mengadakan pemberdayaan Desa Energi Berdikari Ojab'o untuk meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat setempat.

Seekor hiu paus tengah menyantap kumpulan ikan-ikan kecil di perairan Teluk Cenderawasih. Berdasarkan pemantauan kerja sama antara PT. Pertamina International Shipping dan KLHK bersama Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih, populasi hiu paus bertambah menjadi 203 ekor. (Ricky Martin / National Geographic Indonesia)

Selain itu, PIS juga akan meremajakan kembali Whale Shark Center sebagai tempat riset hiu paus. "Rencananya kita ingin membuat WSC ini lebih hidup dan kualitasnya setara internasional seperti yang tadi kita lakukan menggunakan tagging yang memang ahlinya berkelas internasional dari California," tutur Aryo.

Markus mengatakan, bantuan ini sangat dibutuhkan sebagai pihak yang akan memantau pergerakan hiu paus bersama rekan-rekan di BBTNTC lainnya. Selama ini, pihak BBTNTC hanya dapat mengawasi hiu paus selama setahun sekali atau dua kali. "Tapi karena perbantuan PIS dan Pertamina Foundation, terima kasih sekali. Kami bisa memantau itu setiap bulannya," tuturnya.

Anak Muda Jadi Polisi Hutan

Markus lahir di Jayapura pada 29 tahun yang lalu. Dia mengambil fokus sekolah kehutanan sewaktu SMK. Setelah lulus, jejak kariernya berfokus di pelbagai kawasan konservasi di Papua, sampai akhirnya kini bertugas di BBTNTC.

Bertugas di lingkup TNTC punya tantangan sendiri karena berbeda dengan taman nasional lainnya di Indonesia. 80 persen kawasannya adalah perairan. Aktivitas polisi hutan pun kebanyakan berkeliling menggunakan perahu cepat.

"Batas kerja kami ya batas air tertinggi saat pasang," kata Markus. Sebagai Polisi Hutan Muda Bidang I Nabire, Markus terkadang keliling kawasan perairan untuk edukasi, supaya tidak ada penangkapan ikan ilegal, termasuk penggunaan kompresor dan bom terumbu karang.

Aktivitas penyematan perangkat GPS pada hiu paus dilakukan di bagan, tempat para nelayan menangkap ikan-ikan kecil. Karena ikan kecil adalah makanan favorit hiu paus, mereka akan berenang ke sini dan memudahkan para polisi hutan menyematkan perangkat. (Ricky Martin / National Geographic Indonesia)

Markus menaruh harapan dengan kerja sama antara PIS dan KLHK. Kesepakatan kerja sama ini bisa membantu operasional di BBTNTC untuk melindungi kawasan.

Meski demikian, hal terpenting dalam upaya pelestarian alam adalah keberlanjutan. Upaya baik ini harus dilanjutkan oleh anak muda lain seperti Markus.

Baca Juga: Menjaga Keasrian Teluk Cenderawasih Demi Hiu Paus, Sang Gurano Babintang

Kepedulian Markus tentang pelestarian lingkungan pun terbentuk sejak sekolah dan mulai meniti karier di bidang konservasi. Dia berharap, apa yang ia rasakan juga muncul di kalangan anak muda lainnya di seluruh Indonesia, khususnya di Papua.

"Apa yang kita bisa banggakan dari tempat kita jika sudah tidak ada apa-apa?" kata Markus beretorika. 

"Memang ke depannya negeri ini—atau tempat kita berpijak ini—ke depannya kita yang nanti mengelola, tapi ketika kawasan kita atau alam kita tidak jaga, tidak mengelolanya dengan baik, dan sudah lupa atau masa bodoh dengan ini, ke depannya kita nanti sudah tidak ada apa-apa yang perlu kita jaga."