Seorang kontemporer dari Argonaut
Diodorus Siculus, dalam referensi paling awal yang masih ada tentang Byzas sendiri, menampilkan Byzas sebagai orang yang sezaman dengan kaum Argonaut.
Kaum Argonaut hidup sekitar satu atau dua generasi sebelum masa Perang Troya dalam mitologi Yunani. Tanggal tradisional untuk Perang Troya adalah sekitar tahun 1184 SM.
Oleh karena itu, ini berarti para Argonaut berada pada abad ketiga belas SM.
Tentu saja, tidak mungkin Byzas hidup sezaman dengan kaum Argonaut Zaman Perunggu dan mendirikan Kota Bizantium pada abad ketujuh SM.
Salah satu kemungkinan yang jelas untuk masalah ini adalah bahwa para Argonaut sebenarnya hidup jauh lebih baru daripada yang diyakini secara umum.
Salah satu alasan dari pendapat itu adalah bahwa hal ini mungkin terjadi adalah bahwa legenda Argonaut mendeskripsikan mereka sedang melakukan perjalanan ke Colchis. Letaknya di ujung timur Laut Hitam.
Bukti arkeologi menunjukkan, bahwa tidak ada kehadiran Yunani yang menonjol di wilayah tersebut hingga Era Archaic, jauh setelah Zaman Perunggu.
Ada juga bukti dari informasi tentang Perang Troya dalam mitologi Yunani.
Informasi itu menunjukkan bahwa hal itu mungkin terjadi berabad-abad lebih baru dari yang diyakini secara umum, meskipun hal ini masih kontroversial.
Meskipun Byzas tidak mungkin berasal dari generasi yang sama dengan para Argonaut, ada kemungkinan kecil bahwa dia mengenal beberapa dari mereka sebagai pria lanjut usia ketika dia masih anak-anak.
Menjadi Konstantinopel
Kota yang diceritakan dalam mitologi Yunani itu kemudian menjadi Konstantinopel ketika Kekaisaran Romawi terbagi menjadi dua bagian: barat dan timur.
Pemecahan ini karena Kaisar Diokletianus (berkuasa dari tahun 284—305 M) menganggap kekaisaran terlalu besar jika terpusat di Roma. Segera, ia pun memimpin kekuasaan di Timur dengan menjadikan Nicomedia (kini Izmit) sebagai ibu kotanya.
Kaisar Konstantinus I (berkuasa 306—337 M) kemudian mempertimbangkan untuk memilih ibu kota Kekaisaran Bizantium. Pertimbangannya, banyak kota kosong di sekitar Kekaisaran Romawi dan Bizantium yang rentan menjadi serangan bangsa Jermanik dan Persia.
Kaisar Konstantiuns I memilih daerah di dekat kota kuno Bizantium, dengan mendirikan nama kota "Nova Roma of Constantinopolitana" atau Roma Baru di Konstantinopel pada 324 M.
Pertimbangan lokasi ini karena letaknya yang strategis: berada di selat Bosporus, menghubungkan sisi Asia dan Eropa, dan menjadi pintu masuk dari Laut Mediterania ke Laut Hitam.
Kota baru Kekaisaran Bizantium itu mempertahankan sisa-sisa Bizantium lama. Konstantinopel dibagi menjadi 14 distrik dengan jalan lebar, yang konon terdapat beberapa patung seperti Aleksander Agung, Kaisar Augustus, Diokletianus, dan Konstanius I yang menggunakan pakaian Dewa Apollo.