Cegah Kepunahan Tumbuhan Indonesia, BRIN dan Lembaga Asing Bangun Bank Benih

By Utomo Priyambodo, Kamis, 27 Juni 2024 | 08:05 WIB
program Bank Benih ini sudah diinisiasi sejak tahun 2017. Kegiatan ini dimulai sejak penandatanganan MoU dengan Kebun Raya Kew Inggris. (BKPUK BRIN/GWS)

Nationalgeographic.co.id—Perubahan iklim global menjadi ancaman bagi keberlangsungan keanekaragaman tumbuhan di Indonesia. Menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati tersebut bukan hanya tugas pemerintah, dalam hal ini Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melainkan tugas bersama bangsa Indonesia. Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Iman Hidayat, pada acara "Seed Conservation Technique Course" yang berlangsung di Kawasan Konservasi Ilmiah (KKI) Kebun Raya Eka Karya Bali pada 10 Juni 2024.Pelatihan yang diadakan selama 5 hari tersebut (10-15 Juni 2024), merupakan program kerja sama antara BRIN, Arcadia Fund – Royal Botanic Gardens Kew, dan Garfield Weston Foundation, dengan melibatkan peneliti, Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah (DPKI), dan perwakilan Kebun Raya Daerah (di bawah koordinasi Direktorat Kemitraan Riset dan Inovasi - Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN).Lebih lanjut Iman menjelaskan, saat ini BRIN sedang membangun sebuah program yaitu Seed Bank atau Bank Benih. “Bank Benih merupakan fasilitas khusus yang digunakan untuk menyimpan dan melestarikan benih dari berbagai tumbuhan. Tujuan utamanya untuk menjaga keragaman genetik tumbuhan dan memastikan ketersediaan sumber benih di masa depan,” jelas Iman.Menurutnya, ada tiga hal penting yang perlu disoroti terkait pembangunan Bank Benih di Indonesia. Pertama, mengenai pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang akan mengelola Bank Benih BRIN yang bersifat nasional."Pengembangan dilakukan melalui pelatihan dengan melibatkan tim ahli dari Millennium Seed Bank Royal Botanical Gardens. Metode pelatihan yang disajikan berupa materi mulai dari standarisasi hingga pengelolaan benih secara teknis maupun manajerial,” ungkap Iman.Iman juga memaparkan, hal kedua yang menjadi sorotan adalah biji tumbuhan yang ada di seluruh Indonesia memiliki potensi luar biasa sebagai sumber pangan dan kesehatan. "Perlu dilakukan tindakan penyelamatan dan antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dengan menyimpan biji di Bank Benih," jelasnya.Yang ketiga, Iman berharap melalui pelatihan ini akan tumbuh kesadaran untuk melindungi keberlangsungan ketersediaan benih. "Melalui pelatihan ini, diharapkan daerah-daerah akan lebih menyadari pentingnya kekayaan ragam tumbuhan di wilayah mereka masing-masing. Selain itu akan terbangun jaringan, baik di dalam negeri antarpara pemangku kepentingan, maupun dengan pihak luar negeri," jelas Iman.Pengelolaan Bank BenihKoordinator Pelaksana Fungsi Pengelolaan Koleksi Ilmiah Bank Benih BRIN, Ade Yusup Yuswandi, menjelaskan peningkatan fasilitas terkait Bank Benih terus dilakukan. "Secara garis besar proses pengelolaan koleksi Bank Benih dimulai dari pengumpulan koleksi, pemrosesan benih, penyimpanan, pengujian viabilitas, dan pengelolaan data koleksi," jelasnya.Ade juga mengatakan bahwa metode penyimpanan benih menggunakan suhu yang rendah, yaitu -20°C hingga 3°C. Hanya benih yang dapat melalui proses pengeringan (desikasi) dan pembekuan yang dapat disimpan.

Baca Juga: Berburu Benih Demi Menyelamatkan Masa Depan Pangan Indonesia

Dalam kesempatan yang sama, periset Pusat Riset Botani Terapan BRIN, Dian Latifah, menyampaikan bahwa program Bank Benih ini sudah diinisiasi sejak tahun 2017. Kegiatan ini dimulai sejak penandatanganan MoU dengan Kebun Raya Kew Inggris dan Pusat Penelitian Biologi serta Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan Kebun Raya. Hingga kini kegiatan konservasi benih untuk tanaman-tanaman terancam punah di wilayah hotspot biodiversitas Indonesia masih terus dilanjutkan.“Selain melakukan riset di bidang biologi benih dan konservasi benih, program ini juga mencakup bidang ekologi regenerasi atau ekologi benih. Ke depannya, program ini akan memberikan banyak manfaat bagi peneliti maupun staf di BRIN yang mengelola benih secara langsung,” tutur Dian.Dian menegaskan untuk memperoleh keanekaragaman genetik yang tinggi, diutamakan pengoleksian benih dari hutan habitat alaminya. “Diperlukan koordinasi dan kerja sama dengan pihak terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta pihak pengelola Taman Nasional. Koordinasi juga dilakukan dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang berada di bawah pemerintah daerah setempat,” tegasnya.Selain itu ia menambahkan bahwa pembangunan jejaring Bank Benih melibatkan enam Kebun Raya Daerah yang dikelola oleh pemerintah daerah. Di antaranya Kebun Raya Jagatnatha (Bali), Kebun Raya Itera (Lampung), Kebun Raya Balikpapan (Kalimantan Timur), Kebun Raya Massenrempulu , Enrekang (Sulawesi), dan Kebun Raya Kuningan (Jawa Barat), serta Kebun Raya Lemor (NTB). Kerja sama ini dilakukan untuk mewakili berbagai wilayah di Indonesia.Dian mengatakan bahwa Bank Benih BRIN saat ini terpusat di Cibinong. “Prinsip konservasi benih mewajibkan adanya sebuah duplikat. Di masa mendatang, BRIN diharapkan dapat menduplikasikan koleksi benihnya di tempat lain. Duplikasi dilakukan agar jika terjadi bencana alam atau kerusakan di suatu fasilitas, jenis benih yang ada di daerah tersebut masih tersimpan di Bank Benih pada lokasi lain."