Meningkatkan Produktivitas Pertanian dengan Memanfaatkan Potensi Laut

By Utomo Priyambodo, Jumat, 5 Juli 2024 | 08:05 WIB
Ilustrasi lahan pertanian. (Thinkstockphoto)

Nationalgeographic.co.id—Beras merupakan produk vital yang dihasilkan dari tanaman padi di lahan sawah. Namun, para petani sering kali melakukan pemupukan secara tidak tepat, mengabaikan kondisi tanah dan kebutuhan hara tanaman. Hal ini mengakibatkan akumulasi hara fosfor (P) dan kalium (K), yang dapat merugikan lahan pertanian.

Pengelolaan lahan sawah juga perlu memperhatikan kation ratio, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), dan hidrogen (H). Pada lahan masam, tingkat kalsium dan magnesium rendah, sehingga penambahan dolomit diperlukan.

Sementara itu, lahan basa umumnya didominasi oleh kalsium, dengan tingkat magnesium dan kalium yang rendah. Di daerah pantai, tingginya kandungan natrium dan magnesium mendominasi tanah.

Untuk meningkatkan produktivitas lahan kering, penggunaan bahan organik direkomendasikan. Namun, sumber bahan organik di wilayah kering terbatas. Potensi sumber daya laut, seperti rumput laut atau ganggang, menjanjikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik, pembenah tanah, dan biostimulan.

Dalam webinar TERAS-TP#5 dengan tema "Pengelolaan Kesuburan Tanah Sawah dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam sebagai Biostimulan dan Pembenah Tanah" yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, diungkapkan bahwa kondisi kesuburan lahan sawah menghadapi tantangan serius.

Kepala Pusat Riset Hortikultura BRIN, Dwinita Wikan Utami, menyatakan saat ini kondisi kesuburan lahan sawah kita sedang menghadapi tantangan yang cukup serius. Degradasi tanah, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan serta praktek pengelolaan yang kurang tepat telah mengakibatkan penurunan kualitas tanah dan produktivitas tanaman.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengeksplorasi kembali dan mengembangkan metode-metode pengelolaan tanah yang lebih berkelanjutan. Dalam konteks ini pemanfaatan sumber daya alam sebagai biostimulan dan pembenah tanah menjadi sangat relevan.

“Salah satu sumber daya alam yang memiliki potensi besar antara lain adalah rumput laut. Rumput laut yang selain kaya akan nutrisi juga mengandung senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai biostimulan dan pembenah tanah. Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan baku biostimulan dan pembenah tanah dapat menjadi solusi yang efektif dan ramah lingkungan untuk meningkatkan kesuburan tanah sawah kita dan juga untuk peningkatan produktivitas,” kata Dwinita.

Dwinita juga berharap melalui webinar ini dapat membuka wawasan baru dan mendorong implementasi praktek budidaya berkelanjutan dalam pengelolaan lahan pertanian serta mendorong kolaborasi dan pertukaran informasi yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas lahan pertanian di Indonesia secara berkelanjutan.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha, menekankan bahwa pengelolaan lahan pertanian yang tepat sangat penting untuk mempertahankan keberlanjutan produksi pangan. Eksploitasi berlebihan terhadap lahan pertanian dapat menghambat keberlanjutan produksi pangan. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya hayati lokal dan laut, seperti rumput laut, sebagai bahan biostimulan dan pembenah tanah perlu dioptimalkan.

“Tema yang diambil pada webinar ini sangat relevan sekali dengan kondisi kekinian sebagaimana yang disampaikan oleh Plh Kepala ORPP bahwasanya degradasi lahan di Indonesia saat ini menjadi permasalahan yang sangat serius. Setelah dicanangkannya revolusi hijau yang mencakup penggunaan pupuk, penggunaan varietas unggul yang berumur genjah, eksploitasi lahan yang sangat intensif yang berdampak pada degradasi lahan,” imbuh Yudhistira.

Baca Juga: Ketika Leluhur Kita Kendalikan Alam, Genetika Banyak Spesies Berubah

Yudhistira juga mengatakan bahwa revolusi hijau ini berkontribusi terhadap penyediaan pangan secara keseluruhan. Namun adanya eksploitasi yang terus-menerus akan berdampak pada terhambatnya keberlanjutan produksi pangan karena adanya ambang batas optimalisasi dari eksploitasi lahan tersebut.

Dia menekankan, agar lahan pertanian jangan hanya dimanfaatkan sebagai lahan produksi saja, tetapi harus diperhatikan juga kesinambungannya. Melalui pengelolaan kesuburan lahan yang tepat, maka kita dapat mengambil manfaat dari produksi tanaman yang diupayakan dan juga keberlangsungannya dapat dipertahankan.

Saat ini ketergantungan pada pupuk kimia memang akan berdampak pada melimpahnya hasil produksi yang diperoleh petani. Padahal di sekitar lahan pertanian banyak sumber daya hayati seperti mikroba hayati, tanaman-tanaman yang dapat digunakan sebagai pupuk hayati yang dapat dimanfaatkan. Selain itu dapat mengembalikan kesuburan tanah, lebih memberikan dampak keberlanjutan pada pemanfaatan lahan tersebut, dan tentunya akan mengurangi penggunaan pupuk kimia.

“Selain sebagai sumber daya hayati lokal ada juga sumber daya laut yang belum banyak dieksploitasi. Salah satunya adalah rumput laut yang digunakan sebagai bahan biostimulan dan juga pembenah tanah dapat juga dioptimalkan mengingat Indonesia sebagai negara kelautan dengan garis pantai yang sangat luas tentu menyimpan sumber daya alam laut yang melimpah dan tentu saja pemanfaatannya juga harus dioptimalkan,” pungkasnya.