Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah dunia kuno, astrologi telah membentuk peradaban selama berabad-abad, mulai dari pendeta Babilonia hingga kaisar Romawi. Di zaman modern, horoskop terus memberikan panduan bagi sebagian generasi muda yang mencari kejelasan. Bagaimana asal-usul horoskop kuno?
Banyak orang menemukan kenyamanan pada bintang-bintang, beralih ke horoskop untuk mengungkap teka-teki kepribadian dan meramalkan apa yang akan terjadi.
Meskipun simbol-simbok zodiak dan horoskop terdengar modern, astrologi telah membentuk peradaban secara mendalam selama ribuan tahun. Zodiak dan horoskop menjadi alat yang ampuh bagi banyak orang yang mencari panduan di dunia yang tidak dapat diprediksi.
Sejarah Dunia Kuno: Asal-usul Horoskop
Praktik astrologi pertama kali berasal dari Mesopotamia kuno pada milenium kedua SM. “Di Babilonia, bintang dan planet digunakan untuk menafsirkan pertanda dari para dewa,” kata ahli klasik dan dunia kuno yang berbasis di Inggris, Jasmine Elmer.
Namun, hanya sebagian orang yang dianggap memenuhi syarat untuk membuat penafsiran tersebut. Para pendeta Babilonia ditugaskan untuk merinci bagaimana benda langit akan berdampak pada masyarakat, khususnya raja dan kerajaan. Hal ini dibuktikan dalam Enuma Anu Enli, serangkaian 70 tablet berhuruf paku yang berisi sekitar 7.000 pertanda langit.
Bangsa Babilonia mengembangkan 12 tanda astrologi, beberapa di antaranya kemudian dimasukkan ke dalam zodiak Barat. Namun, orang Yunani kunolah yang menamai 12 tanda bintang ini dengan nama konstelasi. Bangsa Yunani kuno juga menghubungkannya dengan tanggal tertentu berdasarkan kesejajarannya dengan orbit matahari.
Zodiak tersebut adalah Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpius, Sagitarius, Capricornus, Aquarius, dan Pisces. Lebih lanjut, “zodiak” berasal dari frasa Yunani zodiakos kyklos, yang berarti “lingkaran binatang”.
Terlepas dari kontribusi orang Yunani kuno terhadap astrologi, horoskop tidak lazim di Yunani kuno. Sebaliknya, fokusnya adalah menggunakan bintang-bintang untuk terhubung dengan para dewa melalui ramalan. “Pada dasarnya, ini adalah praktik ritual yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan para dewa,” kata Elmer.
Seiring waktu, astrologi Babilonia, yang menafsirkan peristiwa langit, bergabung dengan praktik ramalan Yunani kuno. Perpaduan ini mengarah pada pengembangan horoskop yang lebih personal seperti yang kita lihat sekarang.
Claudius Ptolemy, seorang astrolog dan astronom di Alexandria, Mesir, meletakkan dasar astrologi Barat dalam teksnya Tetrabiblos. Ia menekankan aspek individual dari interpretasi astrologi. Di sinilah konsep horoskop pribadi, atau gagasan bahwa orang dapat membaca dan menafsirkan bintang untuk mengetahui kehidupannya, pertama kali bermula.
Baca Juga: Singkap Taktik Perang dalam Sejarah Dunia Kuno, Ada Bom Ular Berbisa
Meskipun zodiak Barat dikenal secara luas, praktik budaya lain juga telah membentuk astrologi di seluruh dunia. Di India, astrologi Weda menggabungkan kepercayaan dan praktik Hindu kuno, menawarkan perspektif unik tentang pengaruh langit. Astrologi Tiongkok, yang berakar pada filsafat Tao, menetapkan tanda-tanda hewan berdasarkan tahun lahir, memengaruhi praktik budaya dan kepercayaan masyarakat.
Penyebaran praktik astrologi
Selama Abad Pertengahan, astrologi tersebar luas dan secara signifikan memengaruhi keputusan sehari-hari. Hal ini dipraktekkan tidak hanya oleh dokter, astronom, dan profesional ilmiah lainnya, namun juga memainkan peran penting dalam pengembangan alkimia.
Di Eropa pada abad ke-14, astrolog umumnya ditemukan di istana kerajaan, tempat mereka secara teratur memberikan horoskop pribadi kepada para raja. Praktik ini begitu lazim sehingga Charles V dari Prancis bahkan menugaskan penerjemahan teks-teks astrologi.
Namun, reputasi astrologi bergeser selama pengadilan penyihir pada abad ke-15 di Inggris. Saat itu astrologi dikaitkan dengan ilmu sihir dan paganisme. Akibatnya, beberapa raja mulai menjauhkan diri dari horoskop individu.
Renaisans menandai kebangkitan minat umum terhadap astrologi pada tingkat pribadi dan filosofis. Di tengah mempertimbangkan kepercayaan Kristen dan ilmu pengetahuan alam, praktik astrologi pribadi berkembang pesat. Hal ini menyebabkan terciptanya bagan dan kalender astrologi. Bagan dan kalender itu menghilangkan hambatan bahasa terhadap astrologi dan interpretasi horoskop.
Salah satu ahli astrologi Eropa terkemuka, Leonhard Thurneisser, yang dipekerjakan oleh seorang pangeran Jerman, menerbitkan buku Astrolabium pada 1575. Buku tersebut dapat digunakan untuk membuat horoskop individu dengan bantuan grafik roda pemintal.
Kebangkitan horoskop modern
Namun, prevalensi astrologi dan horoskop memudar seiring dimulainya Revolusi Ilmiah dan Zaman Pencerahan. Pada akhir abad ke-17, astrologi jarang dipraktikkan. Horoskop pribadi tidak muncul kembali dalam sejarah modern hingga awal abad ke-20 dengan munculnya kolom surat kabar horoskop.
Pada tahun 1930, Sunday Express menerbitkan horoskop ulang tahun Putri Margaret, yang ditulis oleh astrolog terkenal Inggris R.H. Naylor. Seperti banyak astrolog saat ini, Naylor menggunakan bagan bintang kelahiran untuk memprediksi horoskop Putri Margaret 3 hari setelah kelahirannya.
Secara umum, bagan bintang kelahiran menggunakan tanggal, waktu, dan lokasi lahir untuk membuat potret langit sejak Anda dilahirkan. Analisis bagan memberikan wawasan tentang sifat, kepribadian, dan jalan hidup seseorang.
Analisis Naylor terhadap bagan bintang sang Putri meramalkan bahwa ia akan memiliki kehidupan yang “penuh peristiwa”. Dan “peristiwa yang sangat penting bagi Keluarga Kerajaan dan bangsa” akan terjadi sekitar ulang tahunnya yang ke-7. Hal ini menarik banyak perhatian publik, mendorong surat kabar tersebut untuk memesan lebih banyak artikel dari Naylor.
Tak lama kemudian, ia mulai menulis kolom mingguan berjudul “What the Stars Foretell”. Tulisannya memberikan nasihat tentang horoskop berdasarkan hari ulang tahun yang jatuh pada minggu tertentu.
Surat kabar di Amerika Serikat, seperti Boston Globe, juga mulai memuat kolom horoskop pada saat ini. Pada tahun 1980-an, banyak surat kabar memasang saluran telepon astrologi premium yang memungkinkan pembaca menelepon dan menerima pembacaan horoskop yang dipersonalisasi.
Saat ini, horoskop lebih populer dari sebelumnya, terutama di kalangan Gen Z dan Milenial. Di luar asal-usul astronominya, astrologi, menurut para ahli, dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan membawa kohesi sosial. Carl Jung berpendapat bahwa astrologi menyediakan bahasa untuk memahami pola universal pengalaman manusia.