Sejarah Dunia Kuno: Stadion-Stadion nan Memukau di Yunani dan Romawi

By Sysilia Tanhati, Minggu, 21 Juli 2024 | 08:00 WIB
Dalam sejarah dunia kuno, Yunani dan Romawi kuno membangun stadion-stadion nan memukau. Bangunan megah itu pun menjadi inspirasi stadion di zaman modern. (Federico Di Dio photography/Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Bangsa Yunani dan Romawi kuno sangat mementingkan arak-arakan dan kompetisi olahraga. Mereka mengubah lapangan bermain sederhana menjadi jaringan stadion yang terhubung.

Selain itu, stadion di Yunani dan Romawi kuno juga dirancang untuk menghormati para dewa dan menegaskan kekuatannya. Desain stadion di dunia kuno itu pun turut menginspirasi stadion-stadion di zaman modern.

Colosseum di Kekaisaran Romawi

Terletak di pusat kota Roma kuno yang ramai, Colosseum dibangun di atas reruntuhan istana bekas Kaisar Nero. “Colloseum dibuka pada tahun 80 M dengan serangkaian permainan yang dinantikan oleh warga Roma," tulis Joshua Kagavi di laman History.

Konon Amfiteater Capua menjadi inspirasi pembangunan Colloseum. Amfiteater Capua lebih awal dan sedikit lebih kecil. Di amfiteater itu Spartacus yang diperbudak memulai pemberontakan, memicu Perang Budak Ketiga.

Desain Colosseum yang brilian secara efisien mengatur arus penonton di seluruh arena. Bagian-bagian yang ditentukan memungkinkan para elite untuk masuk, keluar, dan berbaur di koridor pribadi mereka.

Di sepanjang permukaan tanah terdapat bagian untuk toko dan kios. Stadion ini bahkan menampilkan pipa-pipa, terkadang tersembunyi di dalam patung.

Amfiteater Pompeii

Pompeii adalah kota yang penuh dengan seni erotis dan pertandingan gladiator yang menarik ribuan penggemar. Ketika Gunung Vesuvius meletus pada tahun 79 M, abu vulkanik mengawetkan amfiteater Romawi tertua.

“Interior arena oval kecil dipenuhi dengan lukisan dinding tematik yang menggambarkan perburuan binatang buas dan pertarungan,” tulis Joanne Berry dalam The Complete Pompeii.

Bagian luarnya menampilkan beberapa tangga trapesium unik, masing-masing ditopang oleh enam lengkungan, yang mengarah ke puncak. Menurut sejarawan seni Yale Diana E. E. Kleiner, desain tangga ini tidak akan pernah terulang. Juga tidak ada yang seperti ini dalam sejarah arsitektur Romawi.

Baca Juga: Sejarah Dunia Kuno: Sederet Kisah Tragis Pembunuhan Tokoh Penting