Sejarah Dunia Kuno: Rival Cleopatra dalam Merebut Cinta Mark Antony

By Sysilia Tanhati, Selasa, 6 Agustus 2024 | 19:30 WIB
Hubungan asmara Cleopatra dan Mark Antony sangat terkenal dalam sejarah dunia kuno. Namun Cleopatra ternyata memiliki rival. (Angelica Kauffmann/The Hermitage, St. Petersburg)

Cleopatra pun memiliki saingan baru. Octavia cantik, berkepala dingin, dan ibu tiga anak. Ia baru saja menjadi seorang janda. Menurut banyak orang, Octavia adalah sosok yang paling luar biasa.

Mark Antony sangat antusias dengan perjodohannya. Namun ia juga tidak berusaha menyembunyikan hubungannya yang sedang berlangsung dengan Cleopatra.

Octavia dan Mark Antony segera memiliki dua orang putri, Antonia yang Tua dan Antonia yang Muda. Namun, hubungan mereka menjadi tegang karena Mark Antony sering tidak ada dan meningkatnya ketegangan dengan Octavianus.

“Jika yang terburuk terjadi dan perang pecah,” Octavia memberi tahu saudaranya dengan penuh firasat, “adalah takdir bagi salah satu dari kalian untuk menang. Dan yang lain untuk ditaklukkan. Tetapi dalam kedua kasus, hidupku akan sengsara.”

Menurut penulis biografi Mark Antony, Plutarch, Octavia meramalkan bahwa ia ditakdirkan untuk menjadi istri dari pria yang membunuh saudaranya. Atau menjadi saudara perempuan dari pria yang membunuh suaminya.

Octavia akhirnya mengambil inisiatif untuk berlayar ke Mark Antony, mengikuti jejak tindakan Fulvia. Octavianus senang saudara perempuannya pergi. Jika Mark Antony tidak menghormati saudarinya, ia jadi punya alasan untuk menyatakan perang.

Octavia tiba di timur dan mendapati setumpuk surat dari suaminya yang tidak setia. Mark Antony meminta agar Octavia tidak melanjutkan perjalanannya saat ia sedang dalam perang. Ia frustasi tetapi tidak tertipu dengan anggapan bahwa Perang Parthia membuatnya tertahan.

Octavia pun mengirim sebuah pesan sederhana kepada Mark Antony. Ke mana dia harus mengirim barang bawaan dan hadiah yang dibawanya untuk para prajurit? Kebaikannya merupakan ciri khasnya dan membuat Mark Antony senang. Sebaliknya, Cleopatra menganggapnya sebagai tipu muslihat untuk membujuknya pergi.

Karena takut Mark Antony akan meninggalkannya demi istrinya, Cleopatra berhenti makan. Ia datang kepadanya dengan wajah kurus kering setiap kali Antony mengatakan bahwa dia harus pergi. Pada satu titik, Mark Antony begitu takut Cleopatra akan bunuh diri sehingga dia menunda serangan militer.

Plutarch percaya bahwa Cleopatra berutang budi kepada Fulvia karena mengajarkan Mark Antony untuk patuh kepada wanita yang mendominasi. Meski tidak adil, tetapi orang-orang Romawi merasa semakin simpatik terhadap Octavia. Terutama setelah Mark Antony memerintahkannya untuk meninggalkan rumah mereka.

Demi menjaga harga dirinya, Octavia setuju untuk melakukannya. Ia terus mengasuh tidak hanya anak-anaknya dari Antony, tetapi juga anak-anak Antony dari Fulvia. Pada tahun 32 SM, Mark Antony menceraikan Octavia. Dia pun bebas untuk menikahi Cleopatra.

Octavia bertekad agar saudaranya tidak menggunakannya sebagai alasan untuk menyatakan perang terhadap Mark Antony. Tetapi Octavianus tidak dapat menahan diri. Kesempatan untuk mengalahkan mitra politiknya akhirnya datang.