Cara Killarney Keluar dari Jebakan Wisata Massal dan Kembali ke Wisata Berkelanjutan

By Ade S, Rabu, 14 Agustus 2024 | 12:03 WIB
Killarney, permata hijau Irlandia, tunjukkan bagaimana pariwisata berkelanjutan bisa menjadi kenyataan. Jelajahi kisah sukses mereka. (Christophe Meneboeuf)

Nationalgeographic.co.id—Di jantung Irlandia, tersembunyi sebuah permata hijau yang pernah terbelenggu oleh hiruk-pikuk wisata massal.

Killarney, begitulah namanya, kini bangkit dari keterpurukan dan menjelma menjadi contoh nyata bagaimana sebuah destinasi wisata bisa bertransformasi menjadi lebih berkelanjutan.

Dengan inisiatif-inisiatif inovatif yang melibatkan seluruh komunitas, Killarney membuktikan bahwa pariwisata dan pelestarian lingkungan bukanlah dua hal yang bertentangan.

Kisah inspiratif Killarney ini layak untuk kita telusuri lebih jauh, bukan hanya bagi para pecinta lingkungan, tetapi juga bagi mereka yang tertarik pada pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.

Permata hijau di barat daya Irlandia

Tersembunyi di antara pegunungan gagah dan lembah hijau yang mengelilingi Lough Leane, Killarney menyajikan keindahan alam Irlandia yang tak tertandingi.

Namun, pesona kota ini hanyalah satu dari sekian banyak permata yang tersebar sepanjang The Wild Atlantic Way, jalur wisata sepanjang 2.500 kilometer yang mengungkap pesona pantai barat Irlandia.

Jika The Wild Atlantic Way baru saja merayakan satu dekade keberadaannya, Killarney telah lebih dulu memancarkan pesonanya selama hampir tiga abad. Kisah perjalanan kota ini dimulai pada tahun 1747, ketika Thomas Browne, Viscount Kenmare, mencapai usia dewasa.

Saat mengunjungi tanah milik keluarganya di ujung barat daya Irlandia, ia mendapati lahan yang tandus, rawa-rawa luas, dan tumpukan utang yang menumpuk.

Namun, di balik segala keterbatasan itu, Viscount Kenmare melihat potensi besar. Pulau-pulau yang menghiasi tiga danau Killarney, keindahan Biara Muckross dan Kastil Ross yang berusia berabad-abad, baginya adalah harta karun yang tersembunyi.

Dengan visi yang jauh ke depan, ia memulai proyek ambisius: menanam pohon, mengeringkan rawa, memperbaiki jalan, dan membangun penginapan.

Baca Juga: Dawelor, Dia yang Terlewat Antara Banda dan Timor

Kedatangan kereta api pada tahun 1853 dan kunjungan Ratu Victoria pada tahun 1861 semakin memperkuat reputasi Killarney sebagai destinasi wisata kelas dunia. Keindahan alamnya yang memukau menarik minat pengunjung dari seluruh penjuru dunia.

Namun, jika kita kembali ke masa lalu, apakah Viscount Kenmare akan tetap memutuskan untuk mengeringkan rawa-rawa itu? Untuk mengetahui jawabannya, Gemma Tipton membuat sebuah ulasan di laman BBC.

Dari jebakan wisata massal menuju surga hijau

Pada akhir abad ke-19, Thomas Cook membawa rombongan wisatawan pertama ke Killarney, menandai awal dari perubahan drastis. Hotel-hotel menjamur, lalu lintas membludak, dan pesona alam perlahan terkikis oleh pembangunan yang tak terkendali.

Pada puncaknya, Killarney lebih dikenal sebagai surga bagi para pelancong yang mencari hiburan instan. "Pesta bujangan dan rombongan turis memenuhi kota, sementara keindahan alamnya terlupakan," papar Tipton.

Suara musik tradisional yang diputar berulang-ulang di setiap sudut kota hanya menjadi latar belakang bagi toko-toko suvenir yang menjual barang-barang murah. Killarney seakan kehilangan jiwanya.

Namun, di balik kegelapan itu, sekelompok masyarakat Killarney yang gigih terus berjuang. Mereka tidak rela melihat keindahan kampung halaman mereka semakin rusak. Dengan tekad yang kuat dan ide-ide hijau yang inovatif, mereka memulai sebuah revolusi kecil.

Hasilnya pun tak sia-sia. "Saat saya mengunjungi Killarney beberapa waktu lalu, saya menemukan sebuah kota yang telah bangkit dari keterpurukan," kenang Tipton.

Akses menuju Killarney kini lebih ramah lingkungan. Stasiun kereta yang terletak di pusat kota memungkinkan pengunjung untuk tiba tanpa harus menggunakan pesawat atau mobil pribadi. Ini adalah sebuah langkah maju yang signifikan, mengingat begitu banyak kota kecil di Eropa yang telah kehilangan konektivitas kereta apinya.

Di sebuah kafe kecil bernama Luna, Tipton menyaksikan beragam pengunjung menikmati suasana Killarney. Ada wisatawan asing yang sedang berdiskusi tentang atraksi wisata yang lebih autentik, ada juga penduduk lokal yang tampak puas dengan perubahan yang terjadi.

Salah satu hal yang paling menarik adalah, kafe ini tidak lagi menggunakan cangkir sekali pakai. Sebuah tindakan kecil yang berdampak besar bagi lingkungan.

Baca Juga: Tawaran Menarik dari Wisata Berkelanjutan

Pionir penghapusan cangkir plastik di Irlandia

Tahun lalu, Killarney berhasil mencuri perhatian dunia dengan menjadi kota pertama di Irlandia yang secara resmi melarang penggunaan cangkir kopi sekali pakai.

Langkah berani ini diambil melalui skema sukarela yang berhasil menyelamatkan lebih dari satu juta cangkir kopi dari berakhir di tempat pembuangan sampah setiap tahunnya, menurut Louise Byrne, salah satu inisiator program ini.

Ide untuk menghapus cangkir sekali pakai muncul dari keprihatinan Byrne terhadap pencemaran lingkungan yang semakin parah di Killarney, terutama di kawasan Taman Nasional Killarney yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO. Meskipun sebagian besar cangkir plastik didaur ulang, proses daur ulang sendiri membutuhkan banyak energi dan tidak selalu efisien.

“Di Irlandia,” kata Byrne, “lebih dari 200 juta cangkir sekali pakai digunakan setiap tahunnya dan sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah.”

Untuk mengatasi masalah ini, warga Killarney didorong membawa cangkir minum sendiri. Bagi mereka yang lupa, tersedia cangkir reusable berbahan ramah lingkungan yang dapat disewa dengan biaya deposit sebesar €2 (setara Rp34.509).

Cangkir ini dapat dikembalikan di berbagai toko dan kafe yang berpartisipasi dalam program ini. Saat ini, lebih dari 70 bisnis di Killarney telah berkomitmen untuk tidak lagi menyediakan cangkir sekali pakai.

Tidak hanya itu, 22 hotel di Killarney juga telah menandatangani Killarney Hotels Sustainability Charter. Melalui charter ini, para pelaku bisnis perhotelan berkomitmen untuk mengurangi penggunaan barang sekali pakai, mengelola limbah makanan secara lebih baik, dan bekerja sama dengan pemasok lokal yang berkelanjutan.

Salah satu faktor kunci keberhasilan inisiatif ini adalah semangat gotong royong yang kuat di kalangan masyarakat Killarney. Konsep “meitheal”, sebuah istilah dalam bahasa Gaelik yang berarti “kelompok kerja sama”, menjadi inspirasi bagi warga Killarney untuk bahu-membahu mengatasi masalah lingkungan.

Di masa lalu, meitheal sering digunakan untuk membantu pekerjaan pertanian atau pembangunan. Meskipun tradisi ini sudah jarang ditemui di daerah lain, semangat gotong royong masih hidup dan berkembang di Killarney.

"Ukuran kota yang relatif kecil memungkinkan setiap warga untuk merasa memiliki peran penting dalam upaya pelestarian lingkungan," duga Tipton.

Baca Juga: Beragam Wisata Berkelanjutan di Manggarai Barat

Transformasi kota yang dipimpin komunitas

Sepuluh tahun lalu, sekelompok warga Killarney yang peduli dengan lingkungan, dipimpin oleh sosok inspiratif bernama Johnny McGuire, menginisiasi sebuah gerakan bernama Killarney Mountain Meitheal.

Bersama dengan kelompok komunitas lainnya seperti Tidy Towns, mereka berkolaborasi dengan pemerintah kota untuk melakukan berbagai aksi positif, mulai dari membersihkan tanaman invasif Rhododendron ponticum hingga mempercantik wajah kota.

Maureen Hegarty, seorang pemandu jalan kaki yang juga aktif dalam kelompok ini, menceritakan pengalaman uniknya. Saat sedang membersihkan kota bersama kelompoknya, mereka seringkali disangka sebagai kelompok pelanggar hukum yang sedang menjalani hukuman sosial oleh para wisatawan.

Namun, ketika Maureen menjelaskan tujuan sebenarnya dari kegiatan mereka, banyak wisatawan justru terkesan dan terinspirasi untuk melakukan hal serupa di kota asal mereka.

"Hanya butuh beberapa orang dengan visi yang sama untuk memulai perubahan besar," ujar Maureen. "Yang terpenting adalah mengubah cara pandang kita. Sekarang, kita semua di Killarney menyadari pentingnya bekerja sama untuk menjaga lingkungan."

Hasil dari kerja keras komunitas Killarney pun membuahkan hasil yang luar biasa. Pada tahun 2023, Killarney dinobatkan sebagai kota besar terbersih di Irlandia dalam kompetisi nasional.

Meskipun sudah menjadi kota yang bersih dan indah, Killarney masih memiliki beberapa sudut yang perlu diperbaiki. Misalnya, bangunan bioskop Cinema Killarney yang kurang menarik perhatian.

Namun, di tengah-tengah kekurangan tersebut, ada sebuah kejutan yang menyenangkan. Sebuah pertanian perkotaan telah didirikan di lahan kosong bekas klub malam Hotel Towers. Kehadiran pertanian ini memberikan nuansa baru yang segar dan sekaligus menyajikan pemandangan yang lebih menarik.

Pandemi jadi katalisator

"Saya diajak berkeliling oleh Gemma Ring, direktur utama O'Donoghue Ring Collection, yang menaungi Hotel Towers dan sebuah pertanian urban yang inovatif," papar Tipton.

Di dalam pertanian urban ini, menara hidroponik menjulang tinggi, dilengkapi dengan lampu LED dan sistem sirkulasi air yang canggih. Di sinilah berbagai macam rempah-rempah dan mikrogreens tumbuh subur tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya, siap untuk menyajikan hidangan lezat di hotel dan restoran lokal.

Saat mereka berjalan-jalan, para koki sibuk memotong pucuk kacang polong dan daun sage segar. "Ini baru permulaan," ujar Gemma, sembari menjelaskan bagaimana timnya bekerja sama dengan pemasok lokal untuk mengolah limbah makanan seperti kulit buah dan ampas kopi menjadi pupuk organik, produk spa alami, dan bahkan produk pembersih.

Sambil mengamati proses pertanian urban yang mengagumkan, Tipton membayangkan betapa indahnya jika toko-toko yang kosong di berbagai kota di dunia dapat diubah menjadi ruang hijau yang produktif seperti ini.

Selain upaya pelestarian lingkungan di tingkat lokal, Killarney juga berupaya memperkuat hubungan antara kota dengan taman nasional yang berada di sekitarnya.

Killarney, permata hijau Irlandia, tunjukkan bagaimana pariwisata berkelanjutan bisa menjadi kenyataan. Jelajahi kisah sukses mereka. (瑞丽江的河水)

"Pandemi COVID-19 yang sempat melanda dunia justru menjadi katalisator bagi upaya ini," jelas Tipton.

Pembatasan perjalanan membuat warga Killarney semakin menghargai keindahan alam di sekitar mereka dan mendorong mereka untuk menjelajahi Taman Nasional Killarney.

Tipton berkesempatan berbincang dengan Eamonn Meskell dari Layanan Taman Nasional dan Margasatwa. Ia menjelaskan bahwa Taman Nasional Killarney, yang didirikan pada tahun 1932, merupakan taman nasional pertama di Irlandia.

Dengan luas lebih dari 25.000 hektar, taman ini menjadi rumah bagi beragam ekosistem, mulai dari hutan purba hingga pegunungan yang menjulang tinggi seperti MacGillycuddy's Reeks. Selain itu, taman ini juga merupakan habitat bagi berbagai flora dan fauna yang langka.

Biji ek kecil

"Sekarang kita berada di bagian taman yang sangat memikat," kata Meskell, dengan pernyataan yang sangat sederhana, saat mereka mengikuti Old Kenmare Road, bagian dari pendakian 16 km dari Air Terjun Torc ke kota tetangga Kenmare. "Anda selalu bisa naik bus kembali," ia menyarankan dengan penuh bantuan.

Pohon-pohon ek tua yang menjulang tinggi menjadi rumah bagi berbagai jenis tumbuhan epifit langka dan burung skylark yang berkicau merdu. Di tengah perjalanan, mereka bertemu sekelompok sukarelawan dari berbagai negara yang tengah menanam pohon ek sessile.

Biji-biji ek yang mereka tanam berasal dari pohon ek lokal, hasil dari proyek kolaborasi dengan sekolah-sekolah di sekitar Killarney. Kabar gembira juga datang dari penampakan elang ekor putih muda. Program reintroduksi satwa liar ini telah berhasil mengembalikan beberapa spesies burung langka ke kawasan taman nasional.

Perjalanan mereka berlanjut ke hutan yew kuno, hutan yew terbesar di Eropa Barat. Di sana, mereka beruntung dapat menyaksikan kawanan rusa merah yang sedang mencari makan.

Pemandangan ini mengingatkan Tipton pada kunjungannya sebelumnya ke Killarney beberapa tahun lalu. Saat itu, taman nasional ini masih tercemar oleh sampah. Perbandingan antara masa lalu dan sekarang membuat Tipton semakin menghargai upaya pelestarian yang telah dilakukan.

"Memang menggoda untuk berpikir bahwa tindakan kita sendiri hanyalah setetes kecil dalam lautan yang semakin tercemar, tetapi kemudian saya memikirkan biji ek dan menyadari bahwa ada banyak hal yang bisa dikatakan tentang tidak menyerah pada gagasan untuk memulai dari yang kecil," pungkas Tipton.