Menelusuri Jejak Eropa di Indonesia Lewat Tulisan Para Peneliti

By Utomo Priyambodo, Minggu, 18 Agustus 2024 | 10:30 WIB
Kawasan Kota Tua di Jakarta merupakan salah satu jejak Eropa di Indonesia. (CEphoto, Uwe Aranas/Wikimedia Commons)

Isu hangat mengenai data pribadi juga diungkapkan lewat tulisan Hakki Fajriando, yakni berjudul Dekolonialisasi Perlindungan Hukum terhadap Data Pribadi di Indonesia. Diuraikan juga judul Antara Segregasi Penduduk dan Persamaan di Hadapan Hukum: Perkembangan Hukum HAM di Indonesia dari Masa ke Masa yang diulas oleh Rifki Indra Maulana.

Tema mengenai pariwisata juga muncul diangkat oleh Erwiza Erman dalam Babnya berjudul Dari “Little Dutch” ke “Shared Story”: Kota Wisata Tambang Sawahlunto, Warisan Kolonial. Ada pula bab berjudul Pariwisata Danau Toba pada Periode Kolonial dan Periode Kontemporer yang dipaparkan oleh Rakhman Priyatmoko. Bab selanjutnya memabahas mengenai Ereveld Menteng Pulo: Memorial Tourism untuk Perdamaian, yang diuraikan oleh Siti Hamidah.

Pengunjung melihat koleksi Museum Goedang Ransoem di Kota Wisata Tambang Sawahlunto, Sumatera Barat, (Lutfi Fauziah)

Artefak bisnis juga diangkat menjadi tema tersendiri dalam buku ini. Prima N. Mulyasari dan G. Andika Ariwibowo mengangkat bab berjudul Helvetia di Sumatera, Monumen Skuadron Asia Jerman di Jawa: Jejak Sejarah Bangsa Swiss dan Jerman di Indonesia. Bab terakhir dalam buku ini ditulis oleh Primasari dan Samarang dengan judul Jejak Belanda di Bidang Kesehatan: Peran dan Transformasi Institusi Biofarma sebagai Perusahaan Life Science.

Penutup atau epilog disampaikan oleh Wiwi yang menyebutkan adanya kontinuitas interaksi antara Eropa dan Indonesia. Pengaruh Eropa juga menginspirasi serta meresap dalam cara berpikir, merasuk dalam karya budaya, struktur dan tata kelola sosial.

Spiritualitas secara dinamis juga membentuk, mentransformasi, dan mengkomodifikasi identitas kebangsaan Indonesia. “Jejak Eropa tidak hanya merepresentasikan masa lalu tetapi juga sebagai iterasi (proses atau metode berulang) sejarah yang berkembang terus menerus,” tutupnya.

Lebih dari sekadar catatan sejarah, buku tulisan Harfiyah Widiawati dan tim ini membuka tirai untuk memperlihatkan interaksi yang berkelanjutan antara Indonesia dan Eropa. Sudut pandang buku ini memosisikan negara, masyarakat, pasar, formalitas, informalitas, pusat maupun pinggiran sebagai institusi yang terintegrasi, tetapi memiliki relasi yang terpisah antara satu dengan yang lain.