5 Skandal Besar Marie Antoinette sebelum Dihukum Mati di Depan Rakyat

By Utomo Priyambodo, Senin, 2 September 2024 | 18:56 WIB
Banyak cerita skandal besar yang dikaitkan dengan Marie Antoinette hingga ia dihukum mati di hadapan rakyat Prancis. (Jean-Baptiste André Gautier-Dagoty)

Ada juga fakta yang membuktikan bahwa ia tidak pernah mengucapkan pernyataan yang memalukan ini. Ungkapan itu kemungkinan berasal dari "Confessions" karya Jean-Jacques Rousseau, sebuah risalah yang ditulis pada akhir abad ke-18. Ada kemungkinan bahwa Rousseau sendiri yang mengubah frasa tersebut. Sejarawan lain berpendapat bahwa frasa tersebut mungkin diucapkan oleh Maria Theresa, putri Spanyol yang menikahi Louis XIV 100 tahun sebelum Marie Antoinette pergi ke Prancis.

Dan ungkapan tersebut tidak sekejam kedengarannya. Dari sudut pandang ekonomi, itu adalah hal yang sangat logis untuk dikatakan.

Frasa tersebut adalah "qu'ils mangent de la brioche" dan sebenarnya berarti "biarkan mereka makan brioche (roti berbahan dasar telur)," yang merupakan jenis roti yang lebih lezat daripada roti biasa yang terbuat dari tepung dan air yang dimakan oleh orang miskin Paris.

Sebuah hukum Prancis mengamanatkan bahwa pembuat roti menjual brioche mereka dengan harga yang sama dengan roti murah mereka jika persediaan habis. Kemudian, hukum tersebut akan menjadi kejatuhan kelas bawah yang kelaparan ketika para pembuat roti menanggapinya dengan membuat persediaan roti yang sangat sedikit untuk menyelamatkan diri dari kehancuran ekonomi.

Marie Antoinette memakai gaun putih polos saat dieksekusi mati dengan cara dipenggal dan mewariskan banyak cerita skandal untuk pembaca sejarah dunia. (Maksim/Wikimedia Commons)

2. Kasus Kalung Berlian

Seperti kebanyakan kisah skandal-skandal yang menarik, skandal ini melibatkan taburan berlian, pelacur, dan surat-menyurat palsu. Kita akan mulai dengan berlian.

Pengrajin perhiasan Paris Boehmer dan Bassenge hampir bangkrut saat membuat kalung yang mereka duga akan dibeli Raja Louis XV untuk gundiknya Madame du Barry pada tahun 1772. Dengan berat 2.800 karat, kalung itu bernilai sekitar 1,6 juta livre — sekitar 100 juta dolar AS (Rp 1,55 triliun) saat ini.

Sayangnya bagi Boehmer dan Bassenge (dan Madame du Barry), Raja Louis XV meninggal karena cacar sebelum sempat membelinya. Boehmer dan Bassenge berharap raja baru, Louis XVI, akan membeli kalung itu untuk ratu baru, Marie Antoinette. Namun Marie Antoinette membuat keputusan yang patriotik dan masuk akal untuk mencegah Louis membeli kalung itu.

Kalung itu terbengkalai di tangan para pengrajin perhiasan sampai seorang wanita putus asa dan giat bernama Jeanne de la Motte Valois menyusun rencana untuk melunasi utangnya dengan membeli kalung itu dan menjualnya agar mendapat untung. Jeanne de la Motte memohon kepada kardinal Prancis bernama Louis-René de Rohan yang agak tidak populer di istana.

Dari tahun 1772 hingga 1774, De Rohan menjabat sebagai duta besar Prancis di Wina dan ia menjadi musuh dekat ibu Marie Antoinette dan Marie Antoinette sendiri. La Motte memberi tahu De Rohan bahwa Marie Antoinette sangat menginginkan kalung berlian itu tetapi ia tidak ingin memintanya kepada Louis.

La Motte dengan licik menyarankan bahwa jika De Rohan dapat menemukan cara untuk mendapatkannya bagi Marie Antoinette, reputasinya yang baik akan dipulihkan di istana.