Untungnya, beberapa waktu kemudian, Orestes tiba di Epirus seperti Deus ex machina untuk membawanya pergi saat Neoptolemus tidak ada.
Ia mengklaim bahwa, berdasarkan sumpah kakeknya, Tyndareus, Hermione adalah miliknya sejak awal dan ia setuju untuk melarikan diri dari Epirus bersamanya.
Kemudian, di bawah arahan Orestes, Neoptolemus terbunuh dalam pertempuran di luar Kuil Delphi. Persitiwa itu memungkinkan Orestes akhirnya menikahi Hermione.
Ia kemudian memiliki seorang putra, Tisamenus, bersamanya. Akhirnya, Hermione mampu mencapai akhir bahagia yang tidak pernah ia dapatkan sebagai ratu Epirus.
Sebagai tokoh mitologi, signifikansi Hermione terletak pada bagaimana ia mewakili dampak Perang Troya yang bertahan lama pada generasi berikutnya.
Kehidupannya, yang ditandai oleh pilihan ibunya untuk melarikan diri bersama Paris, menyebabkan pernikahan yang tidak diinginkan dan beban untuk berbagi suaminya dengan wanita lain.
Pada akhirnya, tindakannya berasal dari kecemburuan sekaligus ketakutan. Tindakannya juga mencerminkan perjuangan berat yang dihadapi wanita dalam masyarakat patriarki.
Sementara di balik semua itu, Hermione muncul sebagai sosok pantang menyerah yang membentuk takdirnya sendiri.