Sebanyak 11% dari responden mengatakan kasus bullying terhadap mereka berhenti setelah mereka dengan sengaja pindah sekolah atau pindah kelas untuk menghindari para perundung.
Yang menarik, sangat sedikit dari para remaja itu (4%) yang melaporkan bahwa kasus perundungan berhenti berkat dukungan dari teman sebaya.
Temuan ini menekankan pentingnya untuk meningkatkan intervensi teman sebaya dalam beberapa program anti-perundungan. Sebab, teman sebaya lah yang lebih mungkin dan sering melihat kasus perundungan.
Anak-anak, remaja, atau peserta program pendidikan di tingkat mana pun perlu diajari untuk proaktif melaporkan kasus perundungan yang mereka lihat kepada guru, pendidik, atau staf sekolah mereka.
Temuan ini juga menekankan pentingnya pengaturan kelas-kelas baru di setiap jenjang sekolah. Mengacak komposisi siswa dalam sebuah kelas untuk setiap tahunnya bisa dicoba.
Sebab, seperti dijabarkan di atas, banyak kasus perundungan baru berhenti ketika korban beralih ke jenjang pendidikan baru. Dan banyak pula yang menyebabkan korban terpaksa pindah sekolah demi menghentikan perundungan terhadapnya. Studi ini dilakukan di Swedia. Studi ini digarap oleh Ann Frisen dan rekan-rekanya.
Makalah studi ini, berjudul "What actually makes bullying stop? Reports from former victims", telah terbit di Journal of Adolescence pada 2012.