Melacak Jejak Bangsa Filistin dalam Peninggalan Arkeologis Yunani Kuno

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 7 September 2024 | 10:00 WIB
Relief di Museum Medinet Habu menggambarkan tawanan bangsa Filistin dari Mesir. (Wikimedia Commons)

Temuan itu menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Filistin bermigrasi melintasi Mediterania, mencapai Ashkelon pada awal Zaman Besi.

Laporan National Geographic mengatakan bahwa analisis DNA dari sisa-sisa manusia mencakup tiga periode waktu yang berbeda.

Periode penguburan ini meliputi Zaman Perunggu Pertengahan dan Akhir (sekitar 1650 hingga 1200 SM). Itu berarti mendahului kedatangan bangsa Filistin.

Sementara penguburan bayi telah dipastikan terjadi sejak akhir 1100 SM setelah kedatangan bangsa Filistin.

Terakhir, ada juga individu yang dimakamkan di pemakaman bangsa Filistin pada akhir Zaman Besi yang berasal dari abad ke-10 dan ke-9 SM.

Sampel DNA Zaman Besi awal mencakup lebih banyak "keturunan Eropa tambahan" dalam tanda genetik mereka, yaitu sekitar 14 persen. Sampel tersebut dibandingkan sampel Zaman Perunggu pra-Filistin, yang jumlahnya 2 hingga 9 persen.

Meskipun asal-usul gen Eropa tidak meyakinkan, para ahli telah memastikan bahwa mereka kemungkinan besar berasal dari Yunani, Kreta, Sardinia, atau semenanjung Iberia.

Banyak peneliti juga mengaitkan keberadaan bangsa Filistin dengan eksploitasi Bangsa Laut. Suku-suku yang menyerbu Mediterania timur pada akhir Zaman Perunggu Akhir pada abad ke-13 dan awal abad ke-12 SM.

Hal ini mendukung teori bahwa bangsa Filistin mungkin berasal dari Yunani kuno. Mereka memulai perjalanan dari Eropa sebagai migran dan kemudian menetap di Ashkelon pada abad ke-12 SM.

Tembikar Filistin di Museum Budaya Filistin Corinne Mamane. (Bukvoed/Wikipedia CC BY 4.0)

Bangsa Filistin

Kedatangan bangsa Filistin pada awal abad ke-12 SM ditandai dengan tembikar yang menyerupai tembikar dari dunia Yunani kuno, serta penggunaan aksara Aegea dan konsumsi daging babi yang luar biasa.