Kematian Misterius Kaisar Terakhir Bizantium yang Ditaklukkan Ottoman

By Sysilia Tanhati, Senin, 9 September 2024 | 08:00 WIB
Contantine XI Palaiologos adalah penguasa terakhir Kekaisaran Bizantium. Ia meninggal dengan misterius saat Konstantinopel ditaklukkan Ottoman. (Theophilos Hatzimihail/Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Constantine XI Palaiologos, kaisar terakhir Kekaisaran Bizantium, menempati tempat yang unik dalam sejarah dunia. Pemerintahannya yangberumur pendek (1449 hingga 1453) berakhir dengan jatuhnya Konstantinopel secara tragis ke tangan Ottoman. Penaklukan itu menandai berakhirnya kekaisaran yang telah bertahan selama lebih dari satu milenium.

Kekaisaran Bizantium berada di ambang kehancuran

Sebelum memahami kematian Constantine XI Palaiologos yang misterius, pertama-tama kita harus memahami keadaan mengerikan yang dihadapinya. Pada pertengahan abad ke-15, Kekaisaran Bizantium berada di ambang kehancuran. Wilayahnya menyusut menjadi beberapa bagian Peloponnesus dan Konstantinopel.

Kemunduran Kekaisaran Bizantium tersebut menjadikannya target yang tak tertahankan bagi Sultan Ottoman yang ambisius, Mehmed II. Ia berusaha menjadikan Konstantinopel, Permata Timur, sebagai ibu kota kekaisarannya.

Upaya Ottoman merebut Konstantinopel

Konstantinopel bukanlah target yang mudah. Selama berabad-abad, kota ini telah membangun benteng-benteng yang mengesankan, termasuk Tembok Theodosian yang besar. Mengutip dari laman World History Edu, “Tembok-tembok di Konstantinopel telah berhasil menghalau banyak penyerang.”

Constantine XI Palaiologos, yang memahami ancaman yang akan datang dari Ottoman, bekerja keras untuk memperkuat pertahanan ini. Ia mencari bantuan dari negara-negara Kristen di Barat, tetapi bantuan yang diberikan sangat sedikit.

Meskipun demikian, kaisar dan rakyatnya bersiap untuk pengepungan, memperbaiki tembok, menimbun makanan, dan membuat senjata.

Ottoman mengepung Konstantinopel

Pada bulan April 1453, pasukan Ottoman memulai pengepungan mereka. Dengan jumlah antara 50.000 hingga 80.000, mereka melampaui para pembela Bizantium. Pasukan Bizantium diperkirakan berjumlah sekitar 7.000 hingga 10.000.

Mehmed II membawa serta meriam-meriam tangguh. Meriam-meriam tersebut mampu menghancurkan tembok-tembok kota yang dulunya tidak dapat ditembus. Selama minggu-minggu berikutnya, para pembela menghadapi serangan gencar dari darat dan laut.

Baca Juga: Byzas, Pendiri Bizantium yang Diceritakan dalam Mitologi Yunani

Kepemimpinan Constantine XI Palaiologos dalam mempertahankan kekaisaran

Sepanjang pengepungan, Constantine XI Palaiologos memimpin dengan keberanian dan tekad. Ia sering berada di tembok, mengarahkan pertahanan, meningkatkan moral prajuritnya. Sang kaisar bahkan berpartisipasi dalam pertempuran kecil.

Kepemimpinannya adalah mercusuar harapan. Ia bertekad untuk menyelamatkan kotanya atau mati mempertahankannya.

Serangan terakhir Ottoman

Pada tanggal 29 Mei 1453, Mehmed II melancarkan serangan terakhir yang besar. Para pembela Bizantium, meskipun gagah berani, kelelahan setelah berminggu-minggu bertempur tanpa henti. Ottoman melancarkan gelombang demi gelombang serangan infanteri. Pasukan elite Janissary sebagai garda terdepan.

Pada dini hari, setelah pertempuran sengit, Ottoman berhasil menembus tembok di beberapa titik. Dikatakan bahwa dalam kekacauan itu, seseorang membiarkan salah satu gerbang kota yang lebih kecil (Kerkoporta) terbuka sedikit. Hal itu memungkinkan pasukan Ottoman masuk. Saat musuh mendekat, situasi semakin buruk bagi Bizantium.

Perjuangan terakhir Constantine XI Palaiologos

Konon Constantine XI Palaiologos meninggal saat mempertahankan Konstantinopel. Namun kematiannya menjadi misteri hingga kini.

Salah satu kisah yang paling abadi adalah bahwa, melihat kotanya jatuh, Constantine XI Palaiologos melepaskan tanda kebesaran kekaisarannya. Ia bergabung dengan para prajuritnya dan memimpin serangan terakhir yang heroik terhadap pasukan Ottoman yang menyerbu. Di tengah pertempuran ini, ia terbunuh, jasadnya tidak pernah ditemukan atau diidentifikasi.

Versi lain menyatakan bahwa Constantine XI Palaiologos meninggal saat mempertahankan tembok, bukan dalam sebuah serangan. Beberapa sumber menyatakan bahwa ia berada di Gerbang St. Romanus, mengumpulkan pasukannya, ketika ia menemui ajalnya.

Ada juga yang menyatakan bahwa melihat jatuhnya kota, Constantine XI Palaiologos berusaha melarikan diri. Namun ia berhasil ditangkap dan dieksekusi oleh Ottoman.

Beberapa sumber mengisyaratkan bahwa Constantine XI Palaiologos, di saat-saat terakhirnya, mencoba untuk menegosiasikan penyerahan diri. Hal itu dilakukan untuk menyelamatkan rakyat dari penderitaan lebih lanjut. Namun, selama negosiasi ini, ia dikhianati dan dibunuh.

Legenda kematian kaisar terakhir Bizantium

Jatuhnya Konstantinopel merupakan peristiwa penting dalam sejarah dunia. Kota itu menjadi sasaran penjarahan selama beberapa hari. Sultan Mehmed II, yang kini menjadi "Fatih" (Sang Penakluk), akhirnya menghentikan penjarahan dan mendeklarasikan kota itu sebagai ibu kota baru Kekaisaran Ottoman.

Kematian Constantine XI Palaiologos, mengingat tidak adanya catatan yang dapat diverifikasi, menjadi legenda. Salah satu mitos yang paling bertahan lama adalah tentang "Kaisar Marmer".

Menurut legenda, seorang malaikat menyelamatkan Constantine XI Palaiologos sebelum kematiannya. Sang malaikat mengubahnya menjadi marmer dan menyembunyikannya di sebuah gua di bawah Gerbang Emas Konstantinopel. Dinubuatkan bahwa suatu hari ia akan bangkit kembali untuk menaklukkan kembali Konstantinopel.

Warisan Constantine XI Palaiologos

Dalam catatan sejarah, Constantine XI Palaiologos dikenang sebagai tokoh tragis, lambang berakhirnya era gemilang. Meskipun ia tidak dapat mencegah jatuhnya kotanya, tekad dan keberaniannya menjadikannya pahlawan di mata banyak orang.

Di Yunani modern, Constantine XI Palaiologos dipuja sebagai pahlawan nasional, simbol perlawanan terhadap rintangan yang sangat besar. Di Istanbul, yang dulunya Konstantinopel, kenangan akan Kekaisaran Bizantium masih dapat ditemukan. Dan warisan Constantine XI Palaiologos sebagai bagian dari sejarah kota yang kaya.