Nationalgeographic.co.id—Kekeringan adalah ancaman serius bagi kehidupan manusia dan ekosistem.
Namun, seiring dengan meningkatnya kekeringan, solusi juga semakin berkembang. Salah satunya adalah penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam memprediksi kekeringan.
Dengan prediksi yang lebih akurat, kita dapat mengambil langkah-langkah preventif untuk mengurangi dampak buruk kekeringan.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang peran AI dalam mengatasi krisis air, jangan lewatkan artikel ini.
Mempu melihat tanda-tanda kekeringan
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kecerdasan buatan (AI) lebih unggul dalam memprediksi kekeringan dibandingkan metode konvensional yang selama ini kita gunakan.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa model AI dapat memprediksi dengan sangat akurat kapan dan di mana kekeringan akan terjadi. Bahkan, AI mampu mengidentifikasi penyebab utama kekeringan dengan lebih baik.
Dr. Mohamed Abdallah, seorang ahli teknik sipil di University of Sharjah, dan penulis utama studi tersebut, menjelaskan bahwa AI menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan berbagai indikator kekeringan. Artinya, AI dapat "melihat" tanda-tanda awal kekeringan jauh sebelum metode lain.
"Hasilnya menjanjikan. Model AI mampu memprediksi kondisi kekeringan di masa depan dengan akurasi tinggi. Model AI menunjukkan korelasi yang kuat dengan beberapa indikator kekeringan dan secara konsisten mengungguli indeks yang ada," kata Abdallah seperti dilansir dari laman phys.org.
Tentu saja, penelitian ini sangat penting karena bisa membantu kita mengatasi masalah kekeringan. Dengan menggunakan AI, para ilmuwan berhasil membuat alat prediksi kekeringan yang jauh lebih akurat. Ini artinya, pemerintah dan masyarakat bisa lebih siap menghadapi kekeringan dan mengambil tindakan yang tepat sejak dini.
Kenapa prediksi kekeringan itu sulit? Karena kekeringan adalah fenomena yang sangat kompleks dan berbeda-beda di setiap tempat. Kondisi cuaca, tanah, dan penggunaan air yang berbeda membuat kita sulit membuat satu rumus prediksi yang berlaku untuk semua daerah.
Baca Juga: Kecerdasan Buatan yang Tak Bernalar: Saat Jawaban Google AI Bisa Berbahaya