Mitos Putri Duyung dan Siren yang Legendaris dalam Mitologi Yunani

By Ricky Jenihansen, Kamis, 3 Oktober 2024 | 08:00 WIB
Lukisan Ulysses and the Sirens karya Herbert James Draper. Banyak yang ahli yang meyakini, bahwa konsepsi putri duyung kontemporer berasal dari sosok Siren yang legendaris dalam mitologi Yunani. ( Herbert James Draper/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Mitos putri duyung banyak muncul dalam berbagai cerita rakyat di seluruh dunia. Ia digambarkan sebagai makhluk dengan kepala dan tubuh bagian atas seorang wanita dan tubuh bagian bawah seekor ikan.

Banyak yang ahli yang meyakini, bahwa konsepsi putri duyung kontemporer berasal dari sosok Siren yang legendaris dalam mitologi Yunani. Meskipun makhluk serupa dapat ditemukan di seluruh dunia.

Siren adalah makhluk berbahaya dalam mitologi Yunani. Sosok yang menakutkan, yang digambarkan dan dideskripsikan sebagai setengah wanita dan setengah burung.

Siren bertengger di tebing berbatu di sepanjang laut, menyanyikan lagu-lagu yang indah dan menggoda.

Mereka berharap dapat menjerat pelaut yang berada di sekitarnya. Siren lantas memikat mereka ke bebatuan berbahaya dengan lagu-lagu mereka yang menyebabkan kapal karam.

Siren Yunani Kuno memengaruhi gagasan tentang putri duyung

Penyebutan Siren yang paling terkenal dalam literatur Yunani kuno adalah adegan dari syair epik Homer The Odyssey. Dalam syair itu, Odysseus diperingatkan oleh penyihir Circe tentang lagu Siren yang sangat memikat.

Penasaran dengan apa yang akan didengarnya, Odysseus memerintahkan krunya untuk mengikatnya di tiang kapal. Ia tidak melepaskannya sampai mereka melewati makhluk-makhluk itu, dan menyumbat telinga mereka sendiri dengan lilin lebah.

Setelah mendengar nyanyian mereka yang indah, Odysseus memohon krunya untuk melepaskannya, tetapi mereka dengan patuh berlayar terus.

Menurut beberapa penulis kuno, para Siren ditakdirkan untuk mati jika ada yang mendengar nyanyian mereka dan mampu bertahan.

Oleh karena itu, Odysseus adalah orang pertama yang membunuh para Siren, yang melompat ke laut hingga tewas setelah ia berhasil melarikan diri.

Baca Juga: Inilah Monster-Monster Laut Paling Terkenal Dalam Mitologi Yunani Kuno

Meskipun Siren dalam mitologi Yunani tidak benar-benar menyerupai putri duyung, karena mereka setengah burung, bukan setengah ikan, makhluk-makhluk itu mulai berubah bentuk di zaman kuno.

Pada periode Helenistik, penggambaran Siren dalam mitologi Yunani lebih jelas menyerupai gambaran putri duyung saat ini.

Siren digambarkan sebagai wanita cantik berekor ikan. Namun, wanita seperti burung itu masih ditemukan dalam seni Yunani kuno hingga periode Bizantium.

Dalam teks Yunani era Bizantium abad kesembilan, Siren digambarkan sebagai makhluk air sementara dalam Suda abad kesepuluh, mereka digambarkan sebagai makhluk burung.

Suda adalah sebuah ensiklopedia besar dalam bahasa Yunani yang disusun pada abad ke-10 di Kekaisaran Bizantium.

Dalam bestiari Kristen abad pertengahan, Siren dari mitologi Yunani juga digambarkan dengan ekor ikan dan bukan kaki burung.

Banyak sifat Siren Yunani kuno, seperti sifat mereka yang menggoda dan berbahaya, dipindahkan ke dalam kepercayaan tentang putri duyung di seluruh Eropa.

Dalam cerita rakyat di Eropa, dikatakan bahwa putri duyung memiliki nyanyian yang indah yang dapat menuntun para pelaut menuju kematian mereka.

Putri duyung adalah makhluk mitologi setengah wanita mempunyai sisi gelap suka mengorbankan manusia. (History extra)

Legenda yang menampilkan putri duyung

Meskipun Siren dalam mitologi Yunani mungkin memiliki pengaruh paling besar pada konsepsi putri duyung modern, itu bukanlah deskripsi tertua dari makhluk itu.

Cerita pertama yang diketahui yang menampilkan putri duyung berasal dari Asyur dan berasal dari tahun 1000 SM. Mereka menceritakan kisah dewi Atargatis yang mencintai seorang manusia fana.

Tragisnya, dia secara tidak sengaja membunuh kekasihnya dan melompat ke danau, berubah menjadi ikan karena malu atas tindakannya.

Meskipun ia berusaha berubah seutuhnya, laut tidak dapat menyembunyikan kecantikannya yang luar biasa.

Ia tetap mempertahankan bentuk manusianya dari pinggang ke atas sambil tetap mempertahankan ekor ikannya.

Menurut penulis Suriah yang terhelenisasi, Lucian dari Samosata, kisah ini menyebabkan munculnya stigma terhadap orang yang memakan ikan di wilayah tersebut.

Karena banyak yang percaya bahwa sang dewi bisa berubah menjadi bentuk seekor ikan.

Dewi putri duyung Atargatis kemudian juga dikenal oleh orang-orang Yunani dan namanya berubah menjadi Derketo.

Transformasi dan kisahnya mungkin telah memengaruhi penggambaran Yunani selanjutnya tentang Siren sebagai makhluk berekor ikan.

Sejarawan Romawi Pliny the Elder, yang menulis pada abad pertama Masehi, menyatakan bahwa telah terjadi banyak penampakan putri duyung di sepanjang pantai Galia.

Menurut penulis kuno tersebut, gubernur Galia bahkan menulis kepada Kaisar Augustus untuk memberitahunya tentang masalah tersebut, karena banyak mayat putri duyung yang seluruhnya tertutup sisik telah terdampar di sepanjang pantai.

Pada era Kekaisaran Ottoman, muncul sebuah legenda atau cerita yang berkaitan dengan Thessaloniki, yang merupakan saudara perempuan dari Aleksander Agung.

Menurut cerita, Thessaloniki tidak mati, tetapi berubah menjadi putri duyung pada saat kematiannya dan tinggal di Laut Aegea.

Legenda mengatakan bahwa putri duyung akan bertanya kepada setiap kapal yang ditemuinya: "Apakah Raja Alexander masih hidup?" 

Jawaban yang benar adalah "Dia hidup, memerintah, dan menaklukkan dunia".

Puas dengan jawaban tersebut, konon putri duyung akan menenangkan ombak dan mendoakan agar kapal selamat berlayar.

Jawaban lain akan membuat Thessaloniki marah, yang akan menimbulkan badai dahsyat yang akan menghancurkan kapal dan membunuh awaknya.

Putri duyung merupakan perwujudan ketakutan akan laut

Berlayar di lautan terbuka telah menjadi aktivitas yang sangat berbahaya sepanjang sejarah dan masih begitu hingga saat ini. Banyak pelaut yang berangkat untuk perjalanan jauh tidak pernah kembali ke rumah.

Ketakutan akan kematian dan cedera ini sering kali berpusat pada makhluk mitos seperti monster laut dan putri duyung. Ada banyak catatan tentang pelaut yang melihat putri duyung saat berlayar di laut.

Christopher Columbus sendiri mengaku telah melihat banyak putri duyung saat menjelajahi Karibia.

Sebagian besar sejarawan dan pakar kontemporer percaya bahwa penampakan ini kemungkinan besar adalah manatee dan mamalia air sejenis seperti anjing laut.