Mengapa Air di Danau Tidak Langsung Terserap ke dalam Tanah?

By Utomo Priyambodo, Minggu, 6 Oktober 2024 | 08:00 WIB
Danau Kelimutu di Indonesia. Mengapa air dalam danau tidak terserap ke dalam tanah yang ada di bawah atau sekelilingnya? (LukeTriton/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Duduklah merenung sendiri dan Anda akan menjadi seorang filsuf yang menemukan berbagai macam pertanyaan. Jika Anda membenturkan garpu tala di luar angkasa, apakah garpu tala itu akan bergetar selamanya?

Apakah Jurassic Park mungkin? Apakah genre musik memengaruhi rasa keju? Dan satu pertanyaan yang mungkin muncul di pikiran Anda hari ini: mengapa air di danau tidak langsung terserap ke dalam tanah?

Itulah pertanyaan yang baru-baru ini diajukan oleh pengguna akun TikTok allison_risner20. Meskipun jawaban-jawaban yang ada di kolom komentar berisi narasi-narasi yang sangat lucu, ada penjelasan ilmiah untuk pertanyaannya.

Dikutip dari IFLScience, untuk menjawab pertanyaan tersebut, penting untuk memulai dengan mengatakan bahwa sebagian air danau memang meresap ke dalam tanah. Kita sering tidak menyadarinya karena air yang hilang dengan cepat terisi kembali, misalnya oleh air hujan.

Namun, yang membuat perbedaan apakah rembesan itu terjadi atau tidak, dan seberapa cepat, adalah material di dasar danau dan seberapa tinggi sifat permeabelnya – dapatkah air melewatinya?

Danau Kelimutu di Indonesia. Dasar danau bisa terdiri atas batu, kerikil, tanah, atau juga sedimen. (...your local connection/Flickr)

Bayangkan seseorang sedang memegang sepotong batu tulis dan Anda menyiramkan air ke atasnya. Air itu tidak akan keluar dari sisi lain batu itu. Air itu akan mengalir deras.

Prinsip yang sama berlaku juga untuk danau dengan dasar berbatu. Jika dasar danau berbatu, dengan sangat sedikit celah di antaranya, tidak banyak air yang dapat melewatinya.

Bahkan dalam kasus di mana terdapat celah pun, danau mengumpulkan banyak sedimen, seperti pasir, lanau, dan tanah liat, yang membantu mengisi ruang-ruang tersebut.

"Dalam jangka waktu yang sangat lama, dasar kolam itu sendiri berevolusi dan berubah," jelas ahli hidrologi Joan Wu, saat berbicara kepada Ask Dr Universe di Washington State University. "Material-material itu mengendap dan partikel-partikel kecil, atau sedimen, mengisi pori-pori yang besar."

Fakta lainnya, air juga dapat keluar dari danau melalui cara lain – yaitu penguapan. "Pada akhirnya, Anda akan kehilangan air dari atas dan dari dasar kolam," kata Wu.

Baca Juga: Danau Tertinggi di Dunia Bukanlah Danau Titicaca, Ada 14 Danau Lainnya