Boantropi Nebukadnezar II: Kala sang Raja Berpikir Dirinya Sapi

By Galih Pranata, Sabtu, 26 Oktober 2024 | 14:05 WIB
Nebukadnezar II yang agung dan berkuasa, pernah mengalami masa sulit dalam hidupnya hingga ia mengidap boantropi, suatu gangguan psikis yang membuatnya berpikir dirinya adalah sapi. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.grid.id—Lahir pada tahun 634 SM di tempat yang sekarang disebut Neo-Babilonia, Nebukadnezar II menjadi salah satu raja Babilonia yang terhebat. Segala upaya dikerahkannya untuk membangun Babilonia.

Dalam upayanya untuk menjadikan Babilonia sebagai negara-kota terkuat di timur,  Nebukadnezar II beserta dengan pasukannya melawan Mesir dan Asyur, sampai berhasil mengalahkan keduanya.

Ia sukses besar dalam menguasai semua rute perdagangan di Mesopotamia, dari Teluk Persia hingga Mediterania, dengan menaklukkan Suriah dan Palestina. Ia terukir sebagai raja terbesar bagi Babilonia.

Namun, meskipun prestasi militer dan politik Nebukadnezar II bisa dibilang mentereng, ia tampaknya telah mengalami masa-masa yang tak mudah: menjadi gila, seperti yang dijelaskan dalam Alkitab.

"Dalam Alkitab disebutkan bahwa Nebukadnezar mengalami mimpi yang mengganggu hidupnya," tulis Joanna Gillan kepada Ancient Origins dalam artikelnya yang berjudul "Mad Monarchs & Outrageous Emperors: 7 Crazy Rulers of the Ancient World", terbit 3 Januari 2021.

Kurang lebih tafsiran mimpinya memiliki arti: 

"Engkau akan dijauhkan dari manusia dan akan tinggal bersama binatang buas; engkau akan makan rumput seperti lembu dan akan basah kuyup dengan embun dari langit. Tujuh masa akan berlalu bagimu, sampai engkau mengakui bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas semua kerajaan di bumi."

Menurut teks Alkitab, nubuat ini menimpakan dirinya: “Semua hal ini terjadi pada Raja Nebukadnezar II. Dua belas bulan setelah mimpi itu… Nebukadnezar terpaksa menjauh dari orang-orang. Ia mulai makan rumput seperti lembu."

Teks itu berlanjut, "Ia menjadi basah karena embun. Rambutnya tumbuh panjang seperti bulu burung elang, dan kukunya tumbuh panjang seperti cakar burung. Kemudian pada akhir waktu itu, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan aku menjadi waras lagi”.

Kegilaan raja Babilonia itu dikatakan berlangsung selama tujuh tahun. Hebatnya, ada istilah yang menggambarkan kondisi Nebukadnezar: "boantropi." Boantropi adalah gangguan psikologis di mana penderitanya percaya bahwa dirinya adalah seekor sapi atau lembu!

Lukisan 'Pelarian Para Tahanan' karya James Tissot yang mengisahkan tragedi pengepungan Yerusalem oleh Kekaisaran Babilonia Baru yang dipimpin Nebukadnezar II. Cerita ini membuat Nebukadnezar II menjadi antagonis dalam Perjanjian Lama. (James Tissot/Wikimedia Commons)

Di samping boantropi, penjelasan lain untuk perilakunya meliputi porfiria (sekelompok kelainan enzim yang bermanifestasi dengan gejala neurologis termasuk halusinasi, depresi, kecemasan, dan paranoia) atau paresis umum atau demensia paralitik yang disebabkan oleh sifilis.

Porfiria adalah sekelompok kelainan langka yang diwariskan atau didapat dari enzim tertentu yang biasanya berperan dalam produksi porfirin dan heme. Kelainan ini bermanifestasi dengan komplikasi neurologis atau masalah kulit, atau terkadang keduanya.

Metamorfosis manusia menjadi hewan dikenal sebagai therianthropy, bentuk yang paling terkenal adalah lycanthropy—transformasi menjadi serigala atau manusia serigala. Istilah “cynanthropy” berasal dari Yunani kuno dan diterapkan pada pengubah bentuk yang berganti-ganti antara bentuk manusia dan anjing.

Namun, boantropi masih dianggap paling kuat saat sang Raja menderita episode psikotik yang aneh. Ia mulai percaya bahwa dirinya adalah seekor binatang! merangkak dan berjalan tak wajar kaki-tangannya, seperti sapi.

Yang lebih gila lagi, muncul pertanyaan: bagaimana mungkin orang yang paling berkuasa di kerajaan, bahkan paling berkuasa di dunia bisa menjelajahi pedesaan Mesopotamia dengan posisi merangkak, makan rumput, dan melolong seperti banteng?

Beberapa sejarawan setuju, gangguan kecemasan dan kegilaan yang dialami Nebukadnezar II bisa jadi dipengaruhi oleh kegagalan proyek irigasi dan bendungannya yang besar, di mana tidak dapat mengatasi kekeringan atau cuaca buruk atau sifat tanah kerajaannya yang asin dan tidak produktif.

Dalam tabir mimpi sang raja, Nebukadnezar sedang berhadapan dengan kecemasan yang semakin besar tentang batas-batas kekuasaannya. Ia juga merasakan ada sesuatu-seseorang yang lebih kuat daripada dirinya.

Proyek airnya yang luar biasa terkadang gagal karena hal-hal yang tidak dapat ia kendalikan, dan ia tersiksa oleh mimpi-mimpinya sampai-sampai mendorongnya menjadi 'gila'.

Di satu sisi pandang lain, tekanan besar telah melemahkan mentalnya. Bahkan, di titik di mana Nebukadnezar kehilangan identitasnya. Dalam beberapa waktu ia berpikir dirinya manusia, tapi di waktu lain, ia berpikir dirinya sapi atau lembu.