Nationalgeographic.co.id—Masjid Istiqlal Jakarta dinyatakan sebagai masjid ramah lingkungan. Peneliti Pusat Riset Agama dan Kepercayaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kustini, mengemukakan ada beberapa masjid yang berkontribusi terhadap kondisi ramah lingkungan, salah satunya Masjid Istiqlal Jakarta.
Kustini menjelaskan bahwa Masjid Istiqlal Jakarta memperkenalkan keran air beraliran rendah dan sistem daur ulang air. “Ini memangkas penggunaan air masjid hingga 36 persen,” ujar Kustini dalam webinar bertajuk “Agama, Perempuan dan Pelestarian Lingkungan Hidup” pada pertengahan Oktober lalu.
Pada 2022 lalu Masjid istiqlal resmi menjadi masjid pertama di dunia yang memperoleh penghargaan Excellence in Design for Green Efficiencies (EDGE) dari International Finance Corporation (IFC). Artinya, masjid ini menjadi masjid pertama di dunia yang mendapat predikat sebagai rumah ibadah ramah lingkungan (green building).
"Penting bagi umat Islam untuk mewujudkan Masjid Hijau yang ramah lingkungan untuk meningkatkan kualitas ibadah serta menghormati kepemimpinan Rasulullah SAW yang sangat peduli terhadap alam. Oleh sebab itu, pembangunan kembali dan merevitalisasi peran Masjid sebagai pusat pencerahan pelestarian lingkungan menjadi salah satu prioritas kami," ujar Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, saat penerimaan sertifikat tersebut.
"Kami merasa sangat terhormat dapat menjadi masjid pertama di dunia yang mendapatkan sertifikasi Final EDGE. Pencapaian yang luar biasa ini merupakan bukti nyata dari komitmen kami untuk mendukung kelestarian lingkungan baik di kawasan Masjid Istiqlal maupun di seluruh negeri," tambah Nasaruddin Umar.
Dalam perolehan sertifikat EDGE itu, Masjid Istiqlal sudah melampaui serangkaian penilaian dan proses peremajaan ramah lingkungan yang terbukti menurunkan jejak karbon secara signifikan. Dari proses tersebut, hasil yang diperoleh ialah sebagai berikut:
1. Pembuktian penghematan energi sebesar 23%, antara lain produk AC yang hemat energi, Lampu LED, pengunaan smart building system untuk operasionalerta solar panel 163 KWP yg saat ini berkontribusi sekitar 13% konsumsi energi.
2. Pembuktian penghematan air sebesar 36%, antara lain keran air/closet dengan tipe hemat air dan pengelolahan air bekas wudhu.
3. Pembuktian penghematan material sebesar 81%, dengan mempertahankan material eksisting seperti marmer, stainless, batu alam pada saat renovasi.
Contoh penerapan masjid ramah lingkungan lainnya di Indonesia adalah Masjid Jami’ Al Ilham Pati. Rumah ibadah ini menampung air hujan dan air wudu untuk pengairan sawah dan kebun wakaf di sekitar masjid.
Baca Juga: Sujen: Selisik Teknologi Tradisional Masjid Kuno Berusia Enam Abad!
Demikian juga masjid Nasional Al Akbar Surabaya yang memasang 24 panel surya, menghasilkan listrik sekitar 40 kWh setiap hari.
Lebih lanjut Kustini menyampaikan SK Dirjen Bimas Islam Nomor 463 Tahun 2024 tentang Juklak Masjid Ramah, yakni terkait mindset, skillset, ekosistem, maupun toolset. Dia menguraikan, ada lima penggolongan jenis masjid ramah, yaitu masjid ramah anak dan perempuan, ramah difabel dan lansia, ramah lingkungan, ramah keragaman, serta ramah musafir dan dhuafa.
Adapun penerapan masjid ramah lingkungan, urai dia, adalah dari aspek idarah (manajemen masjid), imarah (memakmurkan masjid), dan riayah (pemeliharaan masjid).
Contoh dalam bidang idarah adalah implementasi fiqih lingkungan, program pengurangan dan pengelolaan sampah, kebijakan hemat energi, serta kebijakan pengurangan penggunaan kertas dengan digitalisasi.
Data Kementerian Agama pada 2023 mencatat jumlah masjid di Indonesia sebanyak 660.290 buah.
“Jumlah yang tidak sedikit untuk bisa dijadikan media menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman,” tegas Kustini seperti dilansir laman BRIN.