Nationalgeographic.co.id—Sebuah makalah studi baru yang terbit di jurnal Nature menemukan bahwa hingga 215 juta hektare lahan di wilayah tropis lembap di seluruh dunia memiliki potensi untuk tumbuh kembali secara alami. Luas itu hampir setara dengan setengah kali luas Pulau Sumatra.
Hutan seluas itu dapat menyimpan 23,4 gigaton karbon selama 30 tahun dan juga memiliki dampak signifikan terhadap masalah seperti hilangnya keanekaragaman hayati dan kualitas air. Studi tersebut menunjukkan bahwa lebih dari separuh area dengan potensi pertumbuhan kembali yang kuat berada di lima negara: Brasil, Meksiko, Indonesia, Tiongkok, dan Kolombia.
"Penanaman pohon di lanskap yang terdegradasi dapat memakan biaya yang mahal. Dengan memanfaatkan teknik regenerasi alami, negara-negara tersebut dapat memenuhi tujuan restorasi mereka dengan biaya yang efektif," kata salah satu penulis utama studi tersebut, Brooke Williams, seorang peneliti di Queensland University of Technology, Australia, dan Institute for Capacity Exchange in Environmental Decisions.
"Model kami dapat memandu di mana penghematan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya," kata Williams.
Puncak Kerja Puluhan Tahun
Matthew Fagan, profesor madya geografi dan sistem lingkungan di University of Maryland, Baltimore County (UMBC) dan penulis kedua pada dalam studi baru ini, mengembangkan kumpulan data yang diandalkan oleh para penulis studi.
Dalam karya tersebut, "Kami menggunakan citra satelit untuk mengidentifikasi jutaan area kecil tempat tutupan pohon meningkat seiring waktu. Kami kemudian mengecualikan area yang ditanami manusia dengan pembelajaran mesin, dengan fokus pada pertumbuhan kembali secara alami," kata Fagan, seperti dikutip dari keterangan tertulis UMBC.
Studi ini melacak pertumbuhan kembali antara tahun 2000 dan 2012, dan kemudian memeriksa apakah pertumbuhan kembali tersebut dipertahankan hingga tahun 2015.
"Tambalan alami tersebut merupakan data masukan untuk studi baru ini," katanya, "yang pertama kali memprediksi di mana pertumbuhan kembali hutan di masa mendatang akan terjadi, mengingat pertumbuhan kembali yang diamati di masa lalu."
Studi ini dipimpin bersama oleh Hawthorne Beyer, kepala ilmu geospasial di Mombak, perusahaan rintisan Brasil yang bertujuan untuk menghasilkan kredit karbon berkualitas tinggi melalui reboisasi Amazon, dan direktur sains di Institute for Capacity Exchange in Environmental Decisions.
Dalam studi ini para peneliti juga mengumpulkan kumpulan data global yang menjelaskan faktor-faktor seperti kualitas tanah, kemiringan, kepadatan jalan dan populasi, kekayaan lokal, jarak dari pusat kota dan dari hutan yang sehat, dan banyak lagi.
Baca Juga: Hutan Tropis Seluas Lapangan Sepak Bola Hilang tiap Lima Detik