Cocok di Indonesia, Alat Inovatif Ini Bisa Memanen Air dari Udara

By Utomo Priyambodo, Minggu, 3 November 2024 | 16:05 WIB
Tempat-tempat seperti Filipina, Indonesia, dan Haiti adalah beberapa tempat di mana tingkat kelembapan standar akan cukup tepat agar alat pemanen air dari udara ini bisa mencapai efisiensi maksimum. (Needpix.com)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah prototipe alat pemanen air jenis baru menjanjikan akan lebih sederhana dan lebih efisien dalam menghasilkan air minum dari udara. Menurut sebuah studi baru, efisiensi alat ini memang lebih menjanjikan ketimbang variasi alat sejenis lainnya.

Dibuat menggunakan material yang peka terhadap suhu, dehumidifier berbasis nikel titanium ini dapat menarik lebih banyak air dari atmosfer dalam waktu rata-rata 30 menit daripada sistem dehumidifier lainnya. Alat ini juga hanya menggunakan sekitar setengah energi ketimbang alat sejenis lainnya.

Karena lebih dari 2 miliar orang di seluruh dunia diperkirakan tidak memiliki akses ke air minum bersih, meningkatkan efisiensi cara mengumpulkan air akan memberi lebih banyak kemudahan di wilayah yang kekurangan air, kata John LaRocco, penulis utama studi tersebut dan seorang ilmuwan peneliti di bidang psikiatri di Ohio State University College of Medicine.

"Anda dapat bertahan hidup tiga menit tanpa udara, tiga minggu tanpa makanan, tetapi hanya tiga hari tanpa air," tegas LaRocco seperti dilansir laman Ohio State Univesity

"Namun dengan alat itu, Anda dapat mulai memecahkan banyak masalah, seperti keamanan nasional, kesehatan mental, atau sanitasi, hanya dengan meningkatkan aksesibilitas air minum bersih."

Sementara banyak teknologi pemanenan air yang ada berukuran besar, boros energi, dan lambat, perangkat tim ini terbilang unik. Dengan sistem pendinginan elastokalori, alat ini menggunakan material yang dapat mengurangi penggunaan energi, ukuran, dan kompleksitas.

Desain inilah yang juga memungkinkan prototipe mereka menjadi cukup portabel untuk dimasukkan ke dalam ransel, kata LaRocco.

Prototipe alat pemanen air dari udara yang menjanjikan efisiensi maksimal. (John LaRocco dkk/Technologies 2024)

Para peneliti membandingkan alat kreasi mereka ini dengan dehumidifier yang beroperasi menggunakan roda pengering, silinder berputar yang dilapisi bahan hidrofilik yang berfungsi untuk memerangkap dan menghilangkan kelembapan dari aliran udara di sekitarnya.

Mereka menguji kinerja setiap perangkat dalam sesi masing-masing 30 menit, mengevaluasi konsumsi energi, pembangkitan panas, dan efisiensi pemanenan air. Hasil penelitian mereka ini telah dipublikasikan di jurnal Technologies.

Hasil uji coba mereka mengungkapkan perbedaan yang signifikan dalam konsumsi daya dan menyoroti kondisi apa yang paling cocok untuk prototipe mereka tersebut.

Baca Juga: Teknologi Baru Bertenaga Matahari yang Menghasilkan Air dari Udara

Misalnya, kata John Simonis, salah satu penulis penelitian dan mahasiswa sarjana teknik listrik dan komputer, tingkat kelembapan wilayah tempat perangkat mereka digunakan dapat memengaruhi efektivitas kemampuan pengumpulan airnya.

"Dibandingkan dengan sistem roda pengering tradisional, sistem kami memiliki kemampuan untuk diskalakan secara lebih dinamis agar sesuai dengan kebutuhan lingkungan," kata Simonis. "Karena perangkat kami lebih modular, ada banyak ruang untuk adaptasi."

Para peneliti itu juga mencatat bahwa tempat-tempat seperti Filipina, Indonesia, Haiti, dan bahkan Ohio adalah beberapa tempat di mana tingkat kelembapan standar akan cukup tepat agar prototipe mereka mencapai efisiensi maksimum.

Air yang dihasilkan dari perangkat mereka siap diminum, kata Simonis, tetapi karena perangkat mereka juga dibuat dengan bahan cetak 3D yang dapat rusak seiring waktu, harus disaring secara ketat untuk membatasi jumlah mikroplastik yang dapat tertelan seseorang jika mereka langsung meminumnya.

Menurut statistik yang disediakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hanya sekitar 0,5% air di bumi yang merupakan air tawar dan aman untuk dikonsumsi manusia. Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh perang, polusi, dan perubahan iklim juga tetap menjadi faktor risiko krisis air global yang sedang berlangsung.

Karena bencana alam dan keadaan darurat internasional akan terus memperburuk masalah ini, sangat penting untuk menemukan cara untuk memanen air secara kreatif guna mendukung populasi yang terpinggirkan, kata Qudsia Tahmina, salah satu penulis studi dan profesor madya praktik di bidang teknik listrik dan komputer.

Meskipun demikian, memastikan konsistensi perangkat yang dapat memanen air dari udara ini akan membantu membuat proses tersebut lebih ekonomis dan lebih layak, catat studi tersebut. Ini adalah tujuan yang jika tercapai, akan berdampak pada setiap aspek kehidupan di bumi, kata LaRocco.

"Kami berharap bahwa air bersih untuk seluruh dunia bukan hanya mimpi belaka," katanya.

Dengan menggunakan model prototipe ini, masyarakat dapat bereksperimen dengan membuat dehumidifier mereka sendiri. Namun, meskipun prototipe mereka saat ini ditujukan untuk penggunaan individu, di masa mendatang, alat itu dapat dengan mudah dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau komunitas yang lebih besar, kata Simonis.

"Ada kemungkinan untuk mengembangkan alat versi besar dari prototipe kami ini," katanya. "Alat itu dapat mengekstraksi air sebanyak mungkin dalam waktu yang terbatas dan memperoleh efisiensi energi yang sama seperti seseorang yang mungkin memiliki perangkat yang lebih kecil tertapi menjalankan perangkatnya secara terus-menerus."